BOULDER, KOMPAS.TV – Senjata yang digunakan tersangka dalam penembakan massal di Colorado, Amerika Serikat (AS), dibeli kurang dari seminggu sebelum serangan yang menewaskan 10 orang termasuk seorang petugas polisi itu terjadi.
Associated Press melaporkan, dokumen pengadilan Colorado mengungkapkan, tersangka Ahmad Al Aliwi Alissa (21) membeli senapan AR-15, sebuah senapan semi-otomatis ringan, 6 hari sebelum ia melancarkan aksinya. Namun, tidak disebutkan di mana senjata itu dibeli.
Dokumen itu juga menyebutkan, sejumlah karyawan supermarket mengatakan pada para penyidik bahwa tersangka menembak seorang lelaki tua beberapa kali di luar supermarket sebelum kemudian masuk ke dalam supermarket. Seorang korban ditemukan tertembak dalam sebuah kendaraan yang diparkir di samping sebuah mobil yang terdaftar atas nama kakak lelaki tersangka.
Baca Juga: Pelaku Penembakan Supermarket Colorado yang Tewaskan 10 Orang adalah Remaja 21 Tahun
Para penyelidik masih belum mengetahui mengapa tersangka menembak di dalam supermarket. Namun, menurut Jaksa Wilayah Boulder County Michael Dougherty, “Penyelidikan masih berada di tahap awal dan para penyidik meyakini bahwa tersangka merupakan pelaku penembakan satu-satunya.”
Pada para penyidik, keluarga tersangka meyakini, Alissa mengidap penyakit gangguan kejiwaan, termasuk delusi. Sejumlah kerabat Alissa menyebut, Alissa sempat beberapa kali menyebut dikejar dan diburu orang-orang. Mereka menyebut, hal ini mungkin memicu aksi kekerasan yang dilakukan Alissa.
Baca Juga: 10 Orang Tewas Pada Penembakan di Colorado, Amerika Serikat
Pihak penyidik mengidentifikasi 10 korban tewas akibat penembakan itu yang berusia sekitar 20 hingga 65 tahun. Para korban tewas tersebut yakni: Denny Strong (20), Neven Stanisic (23), Rikki Olds (25), Tralona Bartkowiak (49), Suzanne Fountain (59), Teri Leiker (51), Kevin Mahoney (61), Lynn Murray (62) dan Jodi Waters (65). Seorang petugas polisi, yakni Eric Talley (51) juga dinyatakan tewas setelah terlibat baku tembak dengan tersangka.
Penembakan yang terjadi pada hari Senin petang (22/3/2021) di supermarket King Soopers yang padat itu membuat para pelanggan dan karyawan kocar-kacir berlarian berupaya menyelamatkan diri. Insiden itu juga mengejutkan negara yang tengah berduka atas sejumlah insiden pembunuhan massal lainnya. Negara bagian Colorado sendiri telah mengalami sejumlah insiden penembakan massal, termasuk pembantaian di SMA Columbine tahun 1999 dan penembakan di bioskop Aurora di tahun 2012 silam.
Menurut Dougherty, masih terlalu dini untuk berspekulasi seputar motif tersangka. Ia menambahkan, penyelidikan insiden penembakan yang melibatkan lembaga penegak hukum setempat, negara bagian dan federal ini akan memakan waktu selama beberapa hari ke depan.
Gubernur Colorado Jared Polis menyatakan, “Hari ini kita menyaksikan wajah setan. Saya berduka bersama komunitas saya dan seluruh warga Colorado.”
Jaringan supermarket King Soopers juga menyampaikan duka cita dan dukungan bagi seluruh karyawan dan pelanggannya.
Baca Juga: Hormati Korban Penembakan Massal di Atlanta, Joe Biden Umumkan Pengibaran Bendera Setengah Tiang
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki, melalui Twitternya, menyebut bahwa Presiden Joe Biden sudah diberitahu seputar insiden penembakan itu.
Penembakan di Colorado merupakan insiden pembunuhan massal ke-7 tahun ini di AS, menyusul penembakan pada 16 Maret lalu yang menewaskan 8 orang di 3 area bisnis di Atlanta. Menurut data yang dirangkum oleh Associated Press, USA Today dan Universitas Northeastern, insiden itu terjadi setelah jeda selama pandemi Covid-19 tahun 2020, yang memiliki jumlah insiden penembakan serupa terendah selama 8 tahun terakhir.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.