KOMPAS.TV – Pemerintah Indonesia mendapat bantuan dana sebesar 500.000 euro atau lebih dari Rp8,5 miliar untuk membantu korban gempa di Sulawesi Barat.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket menjelaskan bantuan tersebut merupakan bentuk solidaritas Uni Eropa kepada Indonesia atas banyaknya korban gempa di Majene dan Mamuju, Sulbar.
Vincent Piket menjelaskan pendanaan bantuan Uni Eropa tersebut disalurkan oleh Operasi Perlindungan Sipil dan Bantuan Kemanusiaan Uni Eropa (ECHO) sebesar 300.000 euro melalui mekanisme Small Scale Tool, serta 200.000 euro melalui kontribusi keseluruhan Uni Eropa untuk Dana Darurat Bantuan Bencana (DREF) dari IFRC.
Baca Juga: Duka Indonesia di Awal Tahun 2021, Banjir Bandang Hingga Gempa Bumi - LAPORAN KHUSUS
"Bantuan ini merupakan pernyataan solidaritas Uni Eropa kepada Indonesia atas banyaknya korban gempa. Kedekatan hubungan kita mendorong kami untuk mengulurkan tangan. Indonesia dapat senantiasa mengandalkan dukungan Uni Eropa," ujar Vincent Piket dalam keterangan tertulisnya, Kamis (21/1/2021).
Di kesempatan yang sama pejabat yang mengkoordinasi bantuan kemanusiaan Uni Eropa di Indonesia, Olivier Brouant menyatakan dana tersebut akan memenuhi kebutuhan paling mendesak sekitar 24.000 orang di beberapa wilayah terparah akibat gempa.
Seperti di Kabupaten Majene, Mamuju dan Polewali Mandar di Provinsi Sulawesi Barat.
Olivier Brouant menjelaskan kontribusi Uni Eropa tidak hanya melengkapi upaya pemerintah Indonesia dalam memberikan bantuan kepada korban dan masyarakat yang terdampak gempa. Tetapi juga akan mendukung pekerja garda depan dan memastikan masyarakat menerima bantuan yang dibutuhkan di masa sulit ini.
Baca Juga: Pengungsi Gempa Majene Mulai Terserang Penyakit dan Alami Krisis Air Bersih
Bantuan tersebut akan mendukung Badan Pembangunan dan Bantuan Advent (ADRA) Internasional dan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) yang juga telah mendistribusikan bantuan ke lokasi terdampak.
Seperti bantuan tunai, peralatan tempat tinggal darurat, perawatan kesehatan, persediaan air bersih dan barang-barang kebutuhan darurat lainnya.
Bantuan tersebut juga akan memastikan akses ke sarana sanitasi dan higiene. Selain itu, pelatihan akan diberikan kepada masyarakat setempat tentang cara membangun kembali rumah agar lebih tahan terhadap bencana di masa depan.
"Perhatian khusus akan diberikan kepada kelompok yang paling rentan dan terpinggirkan, termasuk rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan dan penyandang disabilitasm," jelas Olivier Brouant.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.