JAKARTA, KOMPASTV - Ini adalah lebaran kedua dimana masyarakat di Indonesia dilarang berkunjung sementara ke kampung halaman dalam rangka merayakan hari raya Idul Fitri. Hal ini seolah menegaskan kesedihan akan kerinduan yang kembali harus tertunda. Mungkin hal ini pula yang akhirnya memotivasi banyak orang untuk mencoba mencari penghiburan dengan liburan meski hanya di dalam kota.
Tentunya ini adalah sebuah kabar bagus bagi pengelola tempat wisata, seperti Rika Lestari, Kepala Bidang Komunikasi Taman Impian Jaya Ancol. Namun kegiatan ini seakan buah simalakama. Apa artinya mendapat kesenangan sementara bila harus menghadapi resiko tertular Covid-19. "Iya, aku tau aku salah. Tapi ini perayaan bersama keluarga" kata Melati (bukan nama sebenarnya) seorang warga Tangerang yang tetap nekad piknik bersama keluarga besar ke daerah Bogor, meski ia tahu larangan bepergian antar kota aglomerasi.
Hal ini pula yang memunculkan lontaran satir berupa "Percuma dilarang mudik lebaran, kalau tetap pada asik liburan" menanggapi kebijakan larangan mudik, namun tempat-tempat wisata tetap banyak dibuka untuk umum.
Kerja keras berbagai lapisan mulai dari Brigjen Pol. Prof. DR. Chrysnanda Dwilaksana , M.Si (Direktur Keamanan & Keselamatan Korlantas Polri) beserta seluruh jajarannya, hingga Martinus (Ketua RW 03 Palmeriam, Matraman, Jaktim) yang melakukan sweeping ke rumah-rumah warga yang baru saja balik dari mudik bisa jadi sia-sia bila Indonesia kembali lengah untuk kesekian kalinya mengantisipasi penyebaran virus Covid-19 di bumi pertiwi. Apalagi Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman memprediksi di tengah tahun ini bakal ada 50 hingga 100 ribu kasus Covid-19 baru per hari. Ya, PER HARI!
Tentunya tak ada 1 orang pun mau kasus India menular ke Indonesia kan? Ini saatnya kita waspada. Ini saatnya kita nyalakan LAMPU MERAH PANDEMI INDONESIA.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.