Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
JAKARTA, KOMPAS.TV - Secara singkat, film Mariposa adalah tentang remaja cewek yang mengejar cinta cowok cuek. Tapi, Mariposa lebih dari itu.
Film garapan Starvision Plus dan Falcon Pictures ini dikemas dengan lelucon yang bikin penonton senyum-senyum geli melihat cerita cinta ala remaja. Lelucon yang ada di film ini juga dibuat se-natural mungkin. Intinya, tidak garing.
Namun seperti kata di atas, bahwa Mariposa lebih dari sekedar cerita cinta dan lelucon. Film yang diangkat dari novel karya Luluk HF ini, menyuguhkan cerita drama remaja yang sangat lekat dengan kegundahan ABG, terutama cewek yang dianggap masih tabu untuk mengungkapkan perasaan lebih dulu kepada cowok. Hingga, pentingnya peran orang tua terhadap perkembangan anaknya di usia remaja.
Natasha Kay-Loovi (Adhisty Zara) dan Iqbal (Angga Yunanda) digambarkan sebagai dua orang jenius di sekolahnya, namun berbeda sifat. Natasha atau Acha adalah cewek pintar di bidang sains, yang tidak malu untuk menyatakan perasaannya kepada Iqbal, cowok berprestasi yang paling cuek di sekolah. Ditolak berkali-kali tidak membuat Acha menyerah. Bukan centil dan genit, justru kesan yang timbul dari tokoh Acha adalah anak remaja yang memiliki kepercayaan diri tinggi dan begitu terbuka. Sementara Iqbal, meski pintar, ia digambarkan sebagai anak yang tertutup dan sulit berkomunikasi.
Meski porsi cerita drama percintaan remaja lebih banyak, namun Mariposa juga berusaha untuk mengajarkan orang tua mengenai pola asuh. Di balik sifat periang dan tingginya kepercayaan diri Acha, ada pola asuh terbuka yang diterapkan orang tua Acha yang diperankan oleh Ersa Mayori dan Baim. Sementara Iqbal, selalu dibebani dengan obsesi ayahnya (Aryo Wahab), yang menginginkan Iqbal menjadi seorang ilmuwan, yang sebenarnya tidak disukai oleh Iqbal. Pola asuh ayah Iqbal cukup menjelaskan mengapa akhirnya Iqbal menjadi anak yang tertutup, in a bad way.
Pada akhirnya, Mariposa bisa disebut sebagai film yang komplit. Romansanya ada, komedinya ada, edukasinya pun juga ada. Hampir serupa dengan film Zara dan Angga yang terdahulu, Dua Garis Biru, yang juga garapan Starvision, Mariposa membuka mata para orang tua yang memiliki anak berusia remaja. Namun tentunya, Mariposa dikemas dalam versi yang lebih fun.
Diambil dari bahasa Spanyol, Mariposa berarti kupu-kupu. Seperti kupu-kupu, kadang sesuatu itu bisa dikejar namun tidak tergapai. Perumpamaan inilah yang digunakan penulis novel Mariposa, Luluk HF, dalam menggambarkan situasi yang dihadapi Acha dan Iqbal di masa remajanya. Sang sutradara Fajar Bustomi, cukup sukses untuk memvisualisasikan tokoh Acha dan Iqbal melalui karakter yang dibentuk Zara dan Angga.
Lalu, apakah film Mariposa layak tonton? Yess!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.