JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan berada di level 5 persen.
Proyeksi itu ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap baik didukung belanja pemerintah terkait pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), belanja sosial, dan berbagai insentif lainnya.
Konsumsi rumah tangga juga meningkat selama perayaan Idulfitri 1446 H.
Baca Juga: LG Hengkang, Menperin Ungkap Sudah Ada Puluhan Produsen Kendaraan dan Baterai Listrik di RI
“Selain itu, keberlanjutan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) di berbagai wilayah dan meningkatnya aktivitas konstruksi properti swasta, diperkirakan meningkatkan kinerja investasi,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers daring Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4).
Kemudian, investasi swasta masih baik didukung keyakinan produsen yang tecermin pada aktivitas manufaktur Indonesia yang ekspansif.
“Investasi, khususnya nonbangunan, tetap menopang pertumbuhan ekonomi sebagaimana tecermin dari meningkatnya impor barang modal, terutama alat-alat berat,” tambahnya.
Baca Juga: Kian Diburu jadi Safe Haven, Deposito Emas di Pegadaian Capai 1 Ton
Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan juga tetap baik, didukung oleh ekspor non-migas yang meningkat pada Maret 2025. Terutama komoditas CPO, besi dan baja, serta mesin dan peralatan elektrik.
Pemerintah juga aktif menjajaki potensi perluasan ekspor produk unggulan ke pasar ASEAN+3, BRICS, dan Eropa di tengah kebijakan tarif impor AS.
“Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diprakirakan akan mencapai sekitar 5 persen,” ucapnya.
Baca Juga: Negosiasi Tingkat Teknis RI-AS Terkait Tarif Impor Resmi Dimulai, akan Hasilkan Framework Agreement
Sri Mulyani juga menyoroti revisi proyeksi pertumbuhan global oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Dalam World Economic Outlook (WEO) April 2025, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global ke level 2,8 persen pada 2025 dan 3,0 persen pada 2026.
Angka ini turun masing-masing 0,5 percentage points (pp) dan 0,3 pp dibandingkan proyeksi Januari 2025.
Penurunan proyeksi dipicu oleh dampak langsung eskalasi perang tarif serta dampak tidak langsung melalui disrupsi rantai pasok, ketidakpastian yang meningkat, dan memburuknya sentimen.
Baca Juga: Ketidakpastian Global Meningkat, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 5,75 Persen
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia turut direvisi ke 4,7 persen (-0,4 pp) untuk 2025.
Namun penurunan tersebut tergolong moderat dibandingkan negara lain seperti Thailand (-1,1 pp), Vietnam (-0,9 pp), Filipina (-0,6 pp), dan Meksiko (-1,7 pp).
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.