JAWA TENGAH, KOMPAS.TV - Pengusaha tempe di Boyolali, Jawa Tengah, menyiasati dampak kenaikan harga kedelai impor asal Amerika Serikat dengan memperkecil ukuran tempe.
Tempe yang sebelumnya memiliki panjang 30 sentimeter, kini diperkecil menjadi 28 sentimeter.
Pengusaha tempe di Desa Jebungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, mulai merasakan dampak kenaikan harga kedelai. Harga bahan baku kedelai impor asal Amerika Serikat naik sejak dua pekan lalu. Sebelumnya, harga kedelai stabil di angka Rp8.000 per kilogram, kini menembus Rp9.800 per kilogram. Kenaikan harga kedelai impor terjadi hampir setiap hari, antara Rp100 hingga Rp200 per kilogram.
Menurut para pengusaha tempe di desa ini, kenaikan harga disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta dampak dari perang tarif yang terjadi sejak awal April lalu.
Agar tetap bisa bertahan dan terus berproduksi, pengusaha memilih memperkecil ukuran tempe produksinya. Biasanya, tempe seharga Rp5.000 memiliki panjang 30 sentimeter, kini dikurangi menjadi 28 sentimeter. Hal ini dilakukan untuk menutup kerugian akibat harga bahan baku yang terus meningkat.
Jika harga kedelai terus naik hingga menyentuh Rp10.000 per kilogram, maka harga tempe mau tidak mau harus dinaikkan.
Mengganti bahan baku dengan kedelai lokal tidak menjadi pilihan, karena kedelai lokal sulit ditemukan di pasaran. Selain itu, kedelai lokal dinilai kurang cocok untuk produksi tempe dan lebih sesuai untuk membuat tahu.
Dengan memperkecil ukuran tempe, para pengusaha berharap daya beli masyarakat tidak turun, agar usaha produksi tempe tetap berjalan.
Baca Juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tempe di Malang Kurangi Ukuran dan Produksi
#hargakedelainaik #perajintempekurangiukuran #produksitempedikurangi
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.