JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah Indonesia belum memberi pernyataan resmi terkait kabar batalnya investasi jumbo konsorsium asal Korea Selatan yang dipimpin LG, senilai Rp130 triliun.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menyatakan pihaknya masih akan mempelajari dulu terkait pembatalan investasi ekosistem baterai kendaraan listrik tersebut.
”Saya belum mengetahui persis sudah sampai sejauh mana penarikan investasinya. Nanti saya akan cek dulu, berhubung ini koordinasinya di Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),” kata Yuliot, Senin (21/4/2025), dikutip dari Kompas.id.
Sampai berita ini ditulis, juga belum ada pernyataan dari Kementerian Investasi/BKPM.
Terpisah, Corporate Secretary PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Faisal Alkadrie menegaskan, Indonesia akan tetap menjadi tujuan utama investasi baterai listrik.
Proyek pengembangan baterai listrik di Indonesia melibatkan pemangku kepentingan yang luas, termasuk Antam sebagai penyedia bahan baku nikel.
Hingga saat ini, Antam tetap berkomitmen pada rencana strategis pengembangan hilirisasi nikel, termasuk kolaborasi dengan mitra potensial lainnya.
Baca Juga: [FULL] Detik-Detik Presiden Jokowi Resmikan Ekosistem Baterai & Kendaraan Listrik Korsel di Karawang
”Indonesia tetap menjadi tujuan utama investasi baterai listrik karena kekayaan nikel dan dukungan kebijakan. Beberapa investor lain seperti CBL (Ningbo Contemporary Brunp Lygend) masih aktif menggarap proyek serupa,” ujar Faisal, seperti dilansir Kompas.id, Senin.
Seperti diberitakan media Korea Selatan, Yonhap News Agency, pada Jumat (19/4/2025), konsorsium itu terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp., dan beberapa mitra lainnya.
Mereka tadinya sudah menjajaki kerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk membangun ekosistem mobil listrik (EV), dengan menciptakan rantai pasok baterai EV terintegrasi penuh, mulai dari pengadaan bahan baku, produksi prekursor, material katoda, hingga pembuatan sel baterai.
Konsorsium itu melirik Indonesia karena punya cadangan nikel terbesar di dunia, yang merupakan bahan baku pembuatan baterai EV.
Tapi, seorang sumber mengungkapkan kepada Yonhap, konsorsium tersebut memutuskan untuk menghentikan proyek secara resmi setelah berkonsultasi dengan pemerintah Indonesia.
"Keputusan ini diambil karena adanya perubahan dalam lanskap industri, khususnya fenomena yang dikenal sebagai 'EV chasm', yaitu perlambatan sementara dalam permintaan kendaraan listrik secara global," tulis Yonhap dalam laporannya.
Baca Juga: BASF dan Eramet Batal Investasi pada Smelter Nikel di Maluku Utara, Ini Kata Kementerian Investasi
"Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi saat ini, kami memutuskan untuk keluar dari proyek ini," ungkap seorang pejabat LG Energy Solution.
Namun, sumber tersebut menyatakan, LG tidak menarik seluruh investasinya dari RI. Salah satunya adalah pabrik baterai mobil listrik PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.