JAKARTA, KOMPAS.TV- Umat Islam dianggap punya potensi signifikan untuk mendukung transisi energi berkeadilan. Hal ini sejalan dengan meningkatnya perhatian pemerintah dan korporasi terhadap perkembangan transisi energi di Indonesia, yang mencakup dukungan kebijakan, infrastruktur, hingga ketenagakerjaan.
Menurut Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Hening Parlan, data dari berbagai riset menunjukkan muslim Indonesia percaya untuk melakukan inisiatif perubahan dalam menjaga dan merawat bumi sebagai wujud wakil Allah di muka bumi atau khalifah fil ardh.
Ia menekankan, sebagai khalifah maka sudah seharusnya umat Muslim berusaha memulai transisi energi sebagai upaya memulihkan bumi yang semakin rusak akibat penggunaan energi fosil yang berlebihan.
Baca Juga: Trump Cabut dari Perjanjian Iklim, Pengamat: Bisa Berdampak ke Program Transisi Energi Indonesia
"Transisi energi yang berkeadilan adalah wujud pengamalan Al-Qur’an tentang adil yang ada banyak sekali kata adil di dalamnya," jelasnya dalam MOSAIC TALK bertema 'Transisi Energi dalam Perspektif Islam,' di Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Sabtu (22/3/2025). Dikutip dari siaran pers yang diterima Kompas.tv, Minggu (23/3).
Dalam acara serupa, Anindita Satria, Vice President Energy Transition and Sustainability PLN mengungkapkan agama bisa menjadi ruang untuk masuk dalam kampanye transisi energi berkeadilan.
"Ada banyak ajaran agama yang bisa dimanfaatkan sebagai kontribusi kita sebagai umat Muslim dalam menjaga kehidupan bumi melalui praktik transisi energi berkeadilan seperti program Sedekah Energi dan Puasa Energi," ungkapnya.
Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi menjelaskan pengurangan rasio penggunaan energi berbasis fosil untuk pembangkit listrik menjadi cara terbaik dalam mewujudkan transisi energi berkeadilan untuk saat ini.
"Sektor pembangkit listrik saat ini menjadi yang paling besar menggunakan energi fosil. Fokus pemerintah adalah membangun pembangkit listrik yang menggunakan lebih sedikit fosil seperti sel surya, panas bumi, dan potensi-potensi energi baru terbarukan lainnya," sambung pria yang juga Wakil Ketua Satgas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau ini.
Menurutnya, pemerintah ingin mewujudkan transisi energi berkeadilan mulai dari sisi ekosistem industri hingga pengguna.
"Kita ingin penggunanya bagus, tapi juga industrinya juga harus bagus. Jangan sampai nanti kita pakai teknologi hijau tapi justru mengurangi tenaga kerja."
Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi menyatakan perlu pemetaan yang menyeluruh untuk mengurangi kesenjangan antara kompetensi dengan tuntutan pekerjaan terkait bidang transisi energi.
Baca Juga: Pemprov Jateng Dorong Ekonomi Sirkular-Transisi Energi, Beri Penghargaan untuk 9 Desa Mandiri Sampah
"Jika tidak kita tidak petakan dengan baik akan memunculkan ketidakadilan seperti isu penggajian hingga ketimpangan gender," terangnya.
Adapun MOSAIC TALK merupakan bagian ‘Ramadan Festival: Islamic Philanthropy for Climate Action’ sebuah mini festival kolaborasi MOSAIC dengan Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (DPP UGM) dan Pares yang berupaya menggabungkan nilai-nilai Islam dengan aksi nyata untuk lingkungan seperti Sedekah Energi dan Hutan Wakaf.
"Sesi diskusi di Ramadhan Festival Islamic Philanthropy for Climate Action adalah salah satu upaya kami menggabungkan nilai-nilai Islam dengan aksi nyata untuk bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan," tandas Abdul Gaffar Karim, Dewan Pembina MOSAIC sekaligus Kepala Departemen Politik dan Pemerintahan UGM ini.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.