KOMPAS.TV - Dalam 53 bulan berturut-turut, neraca dagang Indonesia kembali surplus. Kinerja impor secara bulanan lemah, berbarengan dengan kondisi manufaktur yang terkontraksi. PHK sektor padat karya sampai tertekan daya beli kelas menengah.
Neraca dagang Indonesia surplus 53 bulan berturut-turut di akhir September 2024. Kinerja impor melorot sebagai dampak kondisi ekspor yang tertekan oleh kelesuan ekonomi dunia. Surplus juga terjadi justru saat inflasi di dalam negeri semakin rendah, bahkan deflasi berderet.
Kami pakai data Badan Pusat Statistik. Surplus neraca dagang internasional per September adalah 3,26 miliar dolar Amerika Serikat.
Ekspor secara bulanan turun 5,8 persen menjadi 22,08 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan impor anjlok lebih dalam, yaitu 8,91 persen menjadi 18,82 miliar dolar Amerika Serikat. Neraca dagang yang surplus ternyata dibarengi oleh deflasi secara bulanan sebanyak 5 kali.
Impor non-migas lemah dan indeks manufaktur terkontraksi, sekaligus menjelaskan mengapa pertumbuhan kredit perbankan tahun ini belum maksimal, khususnya di sektor industri padat karya.
Ketidakpastian ekonomi global dan domestik yang tinggi membuat pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memilih keberlanjutan dengan memakai tim ekonomi era Presiden Joko Widodo.
Masyarakat berharap tim ekonomi Kabinet Indonesia Maju bisa fokus menciptakan lapangan pekerjaan sektor formal karena jaminan pendapatan dan perlindungan kerja.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.