JAKARTA, KOMPAS.TV - Sekjen Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan mengaku dirinya mendapat banyak keluhan dari para ibu, tentang mahalnya harga beras di pasaran.
Ia menyebut harga beras yang terhitung murah saat ini, sekitar Rp12.000-Rp13.000 kualitasnya jelek.
“Per detik ini kami sudah hampir setiap hari diteriaki emak-emak. Karena memang cari beras yang murah itu susah. Banyak kejadian, ini di DKI di Pasar Kebayoran tepatnya, itu bau karung dan sebagainya, kualitasnya jelek. Itu yang kisaran Rp12.000-Rp13.000. Beras yang baik kualitasnya dan terjamin tentu harganya sudah melambung tinggi,” kata Reynaldi dalam dialog Kompas Petang, Minggu (25/2/2024).
Menurutnya, faktor-faktor yang menyebabkan harga beras melambung saat ini sebenarnya sudah ada sejak lama.
Pada musim panen 2022, Reynaldi menilai Bulog kurang optimal menyerap gabah kering panen. Hal itu menyebabkan pasokan beras defisit saat ini.
Baca Juga: Bapanas Minta Masyarakat Tak Panic Buying Beras, Maret Harganya Turun karena Panen Raya
Ia pun meminta Bulog dan pihak terkait untuk mengintervensi pasar. Namun bukan dengan cara melakukan operasi pasar atau berjualan beras di dekat pasar. Tapi dengan melakukan operasi pengendalian harga.
“Ini makanya kami minta selama 3 pekan ke depan untuk intervensi pasar. Bagaimana caranya agar beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) ini langsung diguyur ke pasar-pasar tradisional. Jangan SPHP, lalu pedagang yang di-PHP (pemberi harapan palsu),” ujarnya.
Ia mengungkap, IKAPPI sudah berkomunikasi dengan Bulog guna mencari solusi masalah beras sejak Oktober 2023. Namun saat ini belum ada solusi efektif yang dilakukan Bulog.
Reynaldi melihat lembaga tersebut hanya fokus pada penyaluran bantuan pangan.
Apalagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjanjikan kalau bantuan pangan akan dilanjutkan sampai Juni 2024.
Baca Juga: Harga Beras Rata-Rata Capai Rp15.175/Kg, Sri Mulyani: Harus Diwaspadai
“Kalau pemerintah punya program stabilisasi harga bahan pokok, selama Janurai-Maret ada 200.000 ton beras SPHP yang dilepas ke masyarakat per bulan, harusnya kan harganya turun. Tapi ini makin tinggi. Ini berarti kan ada masalah, apa penyebabnya,” tuturnya.
Reynaldi menyampaikan, para pedagang saat ini juga sudah mengurangi volume jual. Dari yang biasanya menyetok 50 kg-100 kg, sekarang hanya 30 kg-40 kg.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.