JAKARTA, KOMPAS.TV - Harga minyak kembali mengalami kenaikan pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Naiknya harga minyak karena pasar khawatir dengan perang Israel-Hamas yang berpotensi meluas di Timur Tengah.
Mengutip dari Antara, Kamis (26/10/2023), harga minyak mentah berjangka Brent naik 2,06 dolar AS atau 2,34 persen, ke posisi 90,13 dolar AS per barel.
Kemudian harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) meningkat 1,65 dolar AS atau 1,97 persen, menjadi 85,39 dolar AS per barel.
Baca Juga: Netanyahu Umumkan Serangan Darat Israel ke Gaza Akan Segera Diluncurkan, Menolak Ungkap Waktunya
Analis dari Price Futures, Phil Flynn mengatakan, harga minyak sempat turun pada awal sesi perdagangan tetapi kemudian naik karena meningkatnya risiko geopolitik.
Ia menerangkan, Israel meningkatkan pemboman di selatan Gaza. Seperti yang dikatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pernyataan yang disiarkan televisi, bahwa Israel sedang mempersiapkan invasi darat ke Gaza.
Kekerasan juga terjadi di wilayah lain di Timur Tengah. Padahal di wilayah itu berkumpul negara-negara produsen minyak terbesar di dunia. Konflik yang terjadi bakal membuat produksi minyak berkurang.
Baca Juga: Bicara di Depan Pengusaha dan Investor, Jokowi Sebut Kondisi Dunia saat Ini Makin Tidak Jelas
Sementara itu, persediaan minyak mentah AS naik 1,4 juta barel pada minggu terakhir menjadi 421,1 juta barel, berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA). Data tersebut menjadi faktor yang sedikit menahan laju kenaikan harga minyak.
Harga minyak juga dipengaruhi sentimen pelemahan ekonomi Eropa. Data Bank Sentral Eropa menunjukkan, pinjaman bank di seluruh zona euro hampir terhenti bulan lalu dan menjadi bukti selanjutnya bahwa blok 20 negara tersebut mungkin mendekati resesi.
Pelemahan ekonomi Eropa ini bisa membuat permintaan terhadap minyak mentah dunia menurun.
Baca Juga: Pemerintah Perpanjang Pemberian Bansos Beras Sampai Desember, Tiap Keluarga dapat 10 Kg Per Bulan
Sementara itu, permintaan minyak mentah bisa mendapat dorongan di China, importir minyak terbesar di dunia. China baru saja menyetujui rancangan undang-undang untuk menerbitkan obligasi negara senilai 1 triliun yuan atau 137 miliar dolar AS.
China juga memungkinkan pemerintah daerah menerbitkan utang baru dari kuota tahun 2024 mereka untuk meningkatkan perekonomian.
Namun Beijing juga mengambil langkah-langkah yang dapat membatasi permintaan minyak mentah, seperti menetapkan batas atas kapasitas penyulingan minyaknya sebesar 1 miliar metrik ton pada 2025, guna merampingkan sektor pengolahan minyaknya yang luas dan mengurangi emisi karbon.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.