Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Impor Pakaian Bekas Dilarang, Apa Alasannya?

Kompas.tv - 28 Maret 2023, 14:00 WIB
impor-pakaian-bekas-dilarang-apa-alasannya
Bisnis pakaian bekas impor kini sedang mengalami pergolakan. (Sumber: Freepik/Jcomp)
Penulis : Ristiana D Putri | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Bisnis pakaian bekas atau yang belakangan ini santer disebut thrift sedang mengalami pergolakan. Bisnis ini sangat terkenal di kalangan dari berbagai usia karena menawarkan harga baju yang lebih murah.

Selain itu, kita bisa mendapatkan baju-baju bermerek dan unik jika beruntung. Sayangnya, pada awal tahun ini, pemerintah menyatakan ketidaksukaannya terhadap bisnis ini. 

Dalam siniar CUAN episode “Jokowi Sebut Impor Pakaian Bekas Sangat Mengganggu” dengan tautan akses dik.si/CUANPakaian, Jokowi, Presiden RI, juga mengungkapkan pendapatnya terhadap bisnis ini.

Mengancam Industri Tekstil dalam Negeri

Mengutip data BPS, nilai impor baju bekas meroket 607,6 persen pada Januari–September 2022. Besarnya nilai impor baju bekas ini bahkan mengalahkan nilai impor pakaian dan aksesorisnya lainnya yang bahkan mengalami penurunan.

Ternyata, besarnya nilai ini justru bukanlah suatu pertanda baik. Justru, kalangan Milenial mengkhawatirkan jika ini akan berdampak pada industri tekstil dalam negeri. Bahkan, Jokowi pun berpendapat demikian.

Baca Juga: Tanda Seseorang Telah Mencapai ‘Financial Freedom’

Mengutip Kompas, Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFi), Redma Gita Wirawasta, mengatakan ada 20 persen pekerja industri tekstil yang dirumahkan kembali dipekerjakan sementara menjelang lebaran. Sementara itu, sisanya masih belum dipekerjakan lantaran kondisi pasar yang belum membaik sepenuhnya.

Hilangnya pasar ini disebabkan oleh krisis ekonomi akibat perang antara Rusia-Ukraina dan tingginya produk impor yang masuk. Sementara itu, industri tekstil kita tak bisa melakukan ekspor sehingga produk menumpuk di gudang.

Merusak Industri UMKM

Saat ini, pemerintah sedang menggenjot produk-produk UMKM dalam negeri. Aksi ini dilakukan dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan. 

Mengutip situs Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, UMKM memegang peranan besar untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai angka 60,5 persen dan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 96,9 persen dari total penyerapan tenaga kerja nasional.

Produk-produk UMKM pun mayoritas adalah hasil produksi dalam negeri. Itu sebabnya, bisnis pakaian impor pun dianggap mengganggu keberlangsungan bisnis UMKM, terlebih di bidang pakaian.

Pasalnya, pakaian bekas impor ini dinilai memiliki harga yang lebih murah daripada pakaian jadi. Masyarakat kita pun masih sensitif sekali jika melihat harga. Mereka akan lebih membeli baju dengan harga murah daripada harus mengeluarkan kocek berlebih untuk sebuah baju baru.

Membawa Sampah dan Penyakit

Bisnis pakaian bekas saat ini mayoritas berasal dari luar negeri. Pemerintah menyebut tindakan ini sama seperti membawa sampah baru ke Indonesia. Sementara itu, pengelolaan sampah di negara kita sendiri masih belum mencapai kata bagus.

Baca Juga: Minyak Mentah Dunia Pengaruhi Inflasi, Kok Bisa?

Selain itu, pakaian bekas juga dinilai membawa penyakit. Sebab, saat masuk ke Indonesia banyak pakaian yang sudah berada dalam kondisi berjamur. Kita juga tak mengetahui riwayat penyakit pemilik sebelumnya.

Bagaimana informasi lengkapnya soal bisnis impor pakaian bekas ini?

Dengarkan jawaban lengkapnya dalam siniar CUAN episode “Jokowi Sebut Impor Pakaian Bekas Sangat Mengganggu” dengan tautan akses dik.si/CUANPakaian.

Di sana, ada banyak pula informasi seputar keuangan yang bisa menambah literasi finansialmu. Tunggu apalagi? Ikuti siniarnya sekarang juga dan akses playlist-nya di YouTube Medio by KG Media agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya!

Penulis: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x