JAKARTA, KOMPAS.TV – Hingga Rabu kemarin (11/5/2022), jumlah hewan ternak di Jawa Timur yang positif terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) sebanyak 3.205 ekor dengan tingkat kematian 1,5 persen. Sementara, di Aceh tercatat 2.226 ekor positif PMK dan satu di antaranya mati.
Total, terdapat 5.431 hewan ternak di enam kabupaten, yakni Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Lamongan di Jawa Timur serta Aceh Tamiang dan Aceh Timur di Aceh, terinfeksi penyakit mulut dan kuku atau PMK. Data tersebut dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian
Melansir dari Kompas.id, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, penyebaran PMK sangat cepat, termasuk lewat udara (airborne).
Oleh sebab itu, hewan-hewan ternak harus dalam kendali di daerah agar tak terjadi penyebaran lebih luas. Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten perlu bersinergi.
Untuk agenda darurat, pihaknya menyebarkan obat-obat yang ada. Ada tiga bentuk obat yang sudah diturunkan sambil menunggu vaksin tersedia. Dari pemberian vitamin dan obat tersebut, diungkapkannya, hewan ternak menjadi lebih baik.
“Menjadi bisa berdiri, meler berkurang, dan mulai bisa makan. Kami harap virus ini tak benar-benar mematikan, tetapi tetap dengan kewaspadaan tinggi,” kata Syahrul dalam keterangan pers di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu (11/5) sore.
Baca Juga: Soal Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak, Berikut Dugaan Penyebab dan Dampak PMK
Selanjutnya, untuk langkah temporary yaitu, berupa pengadaan serta pemberian vaksin. Setelah serotipe virus diketahui, pembuatan vaksin dalam negeri pun dilakukan.
Sembari menunggu, impor vaksin akan dilakukan dan jumlahnya tidak banyak. Kemudian, juga dibentuk gugus tugas baik tingkat nasional, provinsi, maupun daerah. Setelah semua berjalan, agenda fokus pada pemulihan.
Syahrul menambahkan, pada Kamis (12/5) atau hari ini, pihaknya akan kembali rapat virtual dengan para gubernur, bupati, dan dinas terkait terkait penanganan darurat. Intinya, hewan-hewan yang terjangkit PMK diobati sesuai kebutuhannya, sedangkan yang tidak terinfeksi dilakukan penguatan imunitas.
Menjelang Idul Adha, Kementan juga akan mengupayakan ketersediaan hewan kurban yang sehat dan aman.
”Saat Idul Adha biasanya yang dipakai 10-20 persen dari total populasi. Kami akan buat SOP khusus, seperti memobilisasi hewan dari satu wilayah ke wilayah lain tanpa terkontaminasi. Ini kami bahas terus sehingga saat Idul Adha tersedia hewan kurban yang sehat dan aman,” ujar Dirjen PKH Kementerian Pertanian Nasrullah.
Di samping itu, Syahrul meminta masyarakat tidak panik karena PMK tidak menular pada manusia. Daging hewannya pun, dengan prosedur tertentu serta pendekatan teknis, masih aman dikonsumsi.
Hanya organ tertentu, seperti jeroan, mulut, bibir, lidah, dan kuku, yang tidak direkomendasikan dikonsumsi. Sementara lainnya, termasuk daging, bisa dikonsumsi.
Baca Juga: Kementan akan Vaksinasi Hewan Ternak, Cegah Penyebaran Wabah Penyakit Mulut dan Kuku
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.