JAKARTA, KOMPAS.TV - Krisis Rusia-Ukraina semakin memanas dan menyebabkan harga minyak dunia kembali memecahkan rekor tertingginya sejak 2008. Wakil Rektor Universitas Paramadina Handi Risza mengatakan, naiknya harga minyak dunia bisa saja menjadikan harga BBM Indonesia ikut melambung.
Hal itu akhirnya ikut mengerek beban subsidi energi pemerintah. Agar defisit anggaran tidak semakin besar, Menteri Keuangan Sri Mulyani harus merealokasi uang negara yang benar-benar prioritas.
"Pemerintah harus memprioritaskan belanja APBN ke sektor-sektor yang dipandang bisa ditunda seperti anggaran IKN (ibu kota negara). Rencana tahap awal dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) untuk IKN sebesar Rp127 triliun harus dievaluasi kembali," kata Handi dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (8/3/2022).
Baca Juga: Rusia Ancam AS-Eropa: Harga Minyak Meroket 300 Dollar AS/Barel, Pasokan Gas Dipotong
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dan Dosen Universitas Mercubuana Agus Herta menyampaikan, beban subsidi energi pemerintah akan meningkat terutama untuk subsidi Elpiji 3kg.
Lantaran setelah harga Elpiji nonsubsidi naik, masyarakat kini beralih menggunakan gas tabung melon.
"Subsidi energi berupa subsidi listrik untuk masyarakat menengah bawah juga akan meningkat seiring naiknya harga minyak dunia. Hal ini terjadi karena sebagian produksi listrik di Indonesia masih menggunakan solar dan batu bara sebagai bahan bakar mesin pembangkit listriknya," tutur Agus.
Sementara itu, Ekonom INDEF Eisha M Rachbini menilai, pemerintah perlu menyiapkan bantalan atau safe guard untuk masyarakat kurang mampu saat terjadi kenaikan harga-harga.
Baca Juga: AS-Eropa Bahas Larangan Impor Minyak Rusia, Harga Minyak Mentah Pecah Rekor Lagi
"Ke depan, jika harga minyak bumi secara persistent di level yang tinggi di atas 100 dollar AS per barel dan harga bahan pokok meningkat, pemerintah bisa memberikan bantalan atau safe guardiola dalam bentuk intervensi harga, pemberian subsidi, atau bantuan sosial," ujarnya.
Eisha menerangkan, harga minyak mentah dalam asumsi dasar APBN 2022 adalah 63 dollar AS per barel. Tapi sekarang sudah mencapai 122 dollar AS per barel. Hal itu tentu akan membuat defisit anggaran kembali membengkak.
Sedangkan alokasi anggaran untuk subsidi energi sekitar Rp134,02 triliun. Terdiri dari subsidi jenis BBM tertentu dan LPG 3 Kg sebesar Rp77,54 triliun dan subsidi listrik Rp56,47 miliar.
"Kenaikan harga minyak, akan berdampak pada pos anggaran negara, baik di sisi pendapatan dan pengeluaran. Indonesia merupakan net importir minyak mentah," ujar Eisha.
Baca Juga: Samsung, Zara, dan PayPal Keluar dari Rusia, Susul Perusahaan Global Lainnya
Berdasarkan data SKK Migas, produksi minyak mentah di Indonesia mencapai 700.000 barel per hari (bph). Sementara, konsumsinya 1,4 juta bph hingga 1,5 juta bph. Sehingga, defisit minyak sebesar 500.000 bph ditutup dengan mengandalkan impor.
Tentu saja, itu akan memberikan tekanan pada APBN 2022 dari sisi pengeluaran. Karena kenaikan harga minyak mentah 1 dollar AS per barel, akan menaikkan anggaran subsidi elpiji sekitar Rp1,47 trilliun, subsidi minyak tanah Rp.49 miliar, dan beban kompensasi BBM kepada pertamina Rp2,65 triliun.
"Setiap kenaikan ICP (Indonesia Crude Price) sebesar 1 dollar AS per barel, berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp295 miliar," ucapnya.
Namun, kenaikan harga minyak juga memberi keuntungan pada pemasukan negara. Yaitu berupa peningkatan pajak dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP), masing-masing sebesar Rp0,8 triliun dan Rp2,2 triliun untuk kenaikan ICP sebesar 1 dollar AS.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.