JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menargetkan, penggabungan empat PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) akan menjadikannya sebagai operator peti kemas terbesar ke-8 di dunia.
Pernyataan itu disampaikan Erick dalam acara Kompas Talk “Potret Masa Depan Industri Logistik Indonesia di Era Disrupsi", Selasa (23/11/2021), yang dipantau melalui kanal YouTube Harian Kompas.
"Pelindo akan menjadi operator peti kemas terbesar ke-8 di dunia, dengan total throughput peti kemas sebesar 16,7 juta TEUs," kata Erick.
Oleh karena itu, dengan ditargetkannya Pelindo sebagai operator peti kemas terbesar, Erick mendorong adanya sejumlah inovasi yang dilakukan.
Salah satunya dengan membangun komunikasi strategis antara Pelindo dan stakeholder, mulai dari pemerintah, swasta, aliansi bisnis, hingga mitra luar negeri.
Meski begitu, dalam hal ini, Erick menekankan komunikasi yang dibangun dapat membawa dampak positif bagi Indonesia bukan untuk negara lain.
Baca Juga: Asyik, Pelindo Beri Diskon 85 Persen Bagi Kapal Tol Laut: Agar Aktivitas Perdagangan Jadi Mulus
"Dibutuhkan komunikasi strategis antara Pelindo dan stakeholder pemerintah dan swasta, dan aliansi bisnis dan mitra luar negeri yang tentunya harus bisa membawa dampak positif bagi Indonesia bukan justru menumbuhkan ekonomi negara lain," jelasnya.
Tak hanya itu, Erick juga akan mendorong Pelindo menjadi perusahaan pelat merah yang menerapkan manajemen yang bersih hingga kemudian dapat menanggulangi persoalan logistik dan biaya logistik yang tinggi.
"Kita terapkan clean management, kita tekan biaya-biaya mahal dan korupsi-korupsi yang sedang terjadi. Penyatuan Pelindo dilakukan agar efektivitas tol laut dapat berjalan sesuai rencana. Sekaligus menanggulangi persoalan logistik dan biaya logistik yang tinggi," imbuhnya.
Terlebih sebelumnya, Erick Thohir juga menyebut bahwa biaya logistik Indonesia masih mahal. Bahkan biayanya lebih tinggi daripada negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
"Biaya logistik kita masih mahal 23 persen dari GDP, masih tinggi tentu dibandingkan dengan negara lain. Singapura 8 persen, India 13 persen, Malaysia 13 persen, kenapa kita tidak bisa," kata Erick.
Perlu diketahui, BUMN PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo sebelumnya terdiri dari Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III, dan Pelindo IV yang masing-masing menjadi operator pelabuhan di wilayah yang berbeda.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Holding Pelindo di Labuan Bajo: 7 Tahun Saya Menunggu
Presiden Jokowi menggabungkan keempat BUMN sektor pelabuhan itu melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2021 Tentang Penggabungan PT Pelindo I, III, dan IV (Persero) ke dalam PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).
PP penggabungan Pelindo ditandatangani Presiden Jokowi pada 1 Oktober 2021.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.