JAKARTA, KOMPAS.TV – Pihak PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI melanjutkan kerja sama dengan Bloomberg Philanthropies guna mempercepat upaya dalam memerangi perubahan iklim dan mempromosikan ekonomi hijau.
Dari kemitraan ini telah tersalurkan dana sebanyak 117.000 dollar AS atau sekitar Rp1,6 miliar.
Direktur Utama SMI Edwin Syahruzad mengatakan, penandatanganan komitmen kerja sama SMI dengan Bloomberg Philanthropies pada Rabu (15/9/2021) merupakan kelanjutan dari penandatanganan nota kesepahaman kedua pihak di New York, Amerika Serikat, pada 8 April 2019.
“Kerja sama ini merupakan salah satu dukungan memperkuat pencapaian target pembangunan berkelanjutan dalam platform pendanaan SDG Indonesia One (SIO), khususnya terkait transisi energi bersih dan perubahan iklim,” jelasnya di Jakarta, Kamis (16/9).
SIO merupakan platform kerja sama pendanaan yang terintegrasi untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) di Indonesia.
Pendiri Bloomberg Philanthropies Michael R Bloomberg menyatakan, kemitraan tersebut akan membantu memajukan proyek energi surya dan mendorong transisi energi bersih di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Revisi Biaya Kompensasi terkait PLTS Atap Dinilai akan Bebani APBN
“Kerja sama ini berfokus pada pengumpulan data dan menarik pembiayaan untuk proyek yang mempromosikan pembangunan keberlanjutan, konservasi laut, dan upaya menekan emisi karbon hingga ke level nol,” ucap Michael dalam keterangan tertulis.
Awal mula
Edwin menerangkan, kerja sama SMI dengan Bloomberg Philanthropies dimulai dalam bentuk dukungan dana hibah melalui ClimateWorks Foundation sebagai agen untuk studi kelayakan pembangkit listrik tenaga surya di sejumlah bandara di Indonesia.
Selain itu, terdapat pula dana hibah melalui program Vibrant Ocean Initiative dengan Rockefeller Philanthropy Advisors sebagai agen untuk program Desa Bakti untuk Negeri (DBUN) seri III bertajuk Bajo Climate Village Program.
Sebagai informasi, pada 10 September lalu, Indonesia memutuskan kemitraan dengan Norwegia dalam program pengurangan emisi lantaran tidak ada kemajuan konkret implementasi kewajiban yang dilakukan Norwegia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah mengatakan, Indonesia berkomitmen mengurangi efek gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
”Perubahan iklim merupakan ancaman bagi keberlangsungan kehidupan. Jadi, peran negara untuk menaruh perhatian dan berkontribusi pada masalah ini menjadi sangat penting,” ujarnya.
Baca Juga: Di KTT Perubahan Iklim, Presiden Jokowi Sampaikan Tiga Pemikiran
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.