BANGKALAN, KOMPAS.TV – Porang (Amorphophallus muelleri) diproyeksikan menjadi komoditas pertanian berorientasi ekspor dari Pulau Madura, Jawa Timur. Potensi nilai ekonomi dari usaha tersebut diprediksi mencapai Rp 13,76 miliar per musim panen.
Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Bangkalan Agus Mugiyanto mengatakan, budidaya porang telah berkembang di Sumenep dengan lahan seluas 43 hektar dan tersebar di Kecamatan Arjasa, Ambunten, dan Kecamatan Sapeken.
Di daerah tersebut, tumbuhan porang dikenal dengan sebutan katak.
”Agar dapat berkembang maksimal, pengelolaan porang perlu pendampingan hulu-hilir atau penanganan pascapanen. Tujuannya agar produknya lebih berkualitas dan berdaya saing di pasar ekspor,” ujar Agus, Senin (30/8/2021), seperti dikutip dari Kompas.id.
Agus mengatakan telah bekerja sama dengan Pemkab Sumenep untuk mendampingi petani porang. Pihaknya juga telah mengadakan sosialisasi tentang budidaya porang untuk meningkatkan pengetahuan petani.
Karantina Pertanian Bangkalan juga akan memfasilitasi bantuan modal tanam dari kredit usaha rakyat (KUR). Selain itu, pascapanen juga akan menjadi perhatian agar petani bisa mengelola produk hasil panen, seperti irisan umbi porang (chips).
Baca Juga: Dibanggakan Jokowi Ekspornya Terus Naik, Ketahui Apa itu Porang, Manfaat dan Nilai Bisnis
Agus memprediksi, apabila petani dapat menghasilkan irisan umbi porang dari luas panen pada lahan 43 hektar, nilai ekonominya mencapai Rp 13,76 miliar setiap musim panen atau selama delapan bulan.
Harga irisan porang mencapai Rp 45.000-Rp 55.000 per kg atau lebih tinggi daripada harga umbi basah Rp 4.000-Rp 15.000 per kg.
Diketahui sejauh ini, mayoritas komoditas ekspor dari Madura masih didominasi arang briket tempurung kelapa. Untuk itu, porang diharapkan bisa menambah khazanah produk ekspor dari Madura.
Porang adalah salah satu tanaman umbi. Irisan porang diolah menjadi tepung untuk bahan baku industri kosmetik hingga beras shirataki. Setiap hektar tanaman porang menghasilkan 15-20 ton umbi porang. Dengan asumsi harga Rp 4.000 per kg umbi basah, keuntungan petani mencapai Rp 40 juta per hektar per musim panen.
Berdasarkan data Kementan, Jatim adalah sentra porang bersama Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat. Luas tanaman porang saat ini mencapai 47.461 ha atau meningkat dibandingkan dengan tahun lalu, 19.950 ha.
Ke depan, lahan porang akan dikembangkan di 15 provinsi hingga 100.000 ha. Lahan di Jatim ditargetkan hingga 3.000 ha, Sulsel (2.000 ha), dan Jateng (1.500 ha).
Baca Juga: Kadar Gula Sangat Rendah, Presiden Jokowi Sebut Porang Bisa Gantikan Beras
Sumber : Kompas TV/Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.