Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Indonesia Akan Lawan Proteksionisme Dagang Berkedok Pelestarian Lingkungan

Kompas.tv - 14 Januari 2021, 21:56 WIB
indonesia-akan-lawan-proteksionisme-dagang-berkedok-pelestarian-lingkungan
Indonesia akan melawan segala aksi proteksionisme dagang berkedok kampanye melindungi lingkungan yang dilakukan oleh negara atau kelompok lain, kata Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Mahendra Siregar saat membuka diskusi virtual yang diikuti dari Jakarta, Kamis, (14/01/2021) seperti dilaporkan kantor berita Antara. (Sumber: MoFA - Indonesia)
Penulis : Edwin Shri Bimo

JAKARTA, KOMPAS. TV - Indonesia akan melawan segala aksi proteksionisme dagang berkedok kampanye melindungi lingkungan yang dilakukan oleh negara atau kelompok lain, kata Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Mahendra Siregar saat membuka diskusi virtual yang diikuti dari Jakarta, Kamis, (14/01/2021) seperti dilaporkan kantor berita Antara.

Menurut Mahendra, banyak kampanye hitam yang saat ini masih ditujukan ke beberapa produk ekspor Indonesia, misalnya kelapa sawit, merupakan upaya untuk menghindari kompetisi pasar dan melindungi komoditas dalam negeri di wilayah tertentu.

"Pemerintah Indonesia menentang segala bentuk proteksionisme yang dilakukan dengan menggunakan alasan lingkungan," kata Mahendra pada acara seminar bertajuk Vegetable Oil Sustainability: Opportunities for Increased Two Way Trade, yang diadakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Stockholm pada Kamis.

Baca Juga: Menlu Perangi Diskriminasi Sawit Oleh Uni Eropa

Ia memperingatkan aksi semacam itu dapat mengancam berbagai perjanjian dagang di tingkat dunia yang telah diteken oleh banyak negara. Tidak hanya itu, aksi tersebut juga dapat menghambat upaya pemerintah dan pelaku usaha yang ingin menciptakan keberlanjutan di sektor dagang.

"Misalnya kasus minyak kelapa sawit, mayoritas kelapa sawit telah tersertifikasi dan berkelanjutan mengingat adanya sistem pengawasan ketat yang berlangsung di (tiap lini, red),"  kata Mahendra kepada para peserta, yang terdiri atas perwakilan pemerintah Indonesia dan Swedia, pelaku usaha, serta akademisi.

Mahendra pun menyayangkan diskriminasi atas kelapa sawit masih ditemukan pada berbagai jenis kampanye hitam di level masyarakat sampai pemerintah.

Baca Juga: Indonesia Yakin Menang Gugatan Diskriminasi Sawit Di WTO

Padahal, masalah lingkungan tidak hanya ditemukan pada produksi kelapa sawit, tetapi juga komoditas lainnya, "[...] misalnya saja, ada beberapa kasus pencemaran tanah dan air di Eropa karena perkebunan rapeseed," sebut dia.

Rapeseed adalah minyak nabati yang dibuat dari beberapa tumbuhan bermarga Brassica

Terkait itu, Mahendra pun mengajak seluruh pihak untuk duduk bersama dan membahas solusi yang komprehensif untuk memastikan industri minyak nabati dapat sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan pelindungan terhadap lingkungan.

"Tukar pikiran antara negara-negara dan wilayah penghasil minyak nabati demi mencegah adanya aksi sepihak yang dilakukan dengan cara memilih isu/masalah lingkungan tertentu (yang dapat mendukung kepentingan negara/kelompok tertentu, red)," kata wakil menteri luar negeri RI itu. 

Baca Juga: Ada Dugaan Kerja Paksa, AS Larang Impor Minyak Sawit Sime Derby Malaysia

Oleh karena itu, Mahendra menyambut baik terbentuknya kelompok kerja bersama antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) dan Uni Eropa (EU) untuk sektor minyak nabati pada awal tahun ini.

Menurut dia, kelompok kerja bersama itu dapat mewadahi kepentingan pemerintah serta para pelaku usaha di Asia Tenggara dan Eropa menciptakan iklim dagang minyak nabati yang adil, setara, dan sehat.

Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara di Asia Tenggara yang memasok sebagian besar kebutuhan kelapa sawit dunia. Sementara itu, Uni Eropa merupakan pemasok terbesar kedua untuk rapeseed dunia.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x