JAKARTA, KOMPAS.TV – Vaksin Covid-19 booster kedua sudah bisa diperoleh masyarakat sejak Selasa (24/1/2023) kemarin. Namun muncul pertanyaan seberapa penting suntikan tersebut di saat kasus Covid-19 sudah landai?
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menuturkan, vaksin booster kedua penting lantaran penurunan dari proteksi vaksinasi Covid-19 sebelumnya.
Hal ini yang kemudian membuat orang menjadi rentan dengan kedatangan subvarian Covid-19 yang memang semakin efektif dalam menginfeksi dan menerobos antibodi seperti yang terjadi di Amerika di China, terutama bagi kelompok berisiko tinggi.
“Mereka menjadi korban dan dalam hal ini ada sebagian dari mereka yang akan fatal, yang meninggal itu makanya penting untuk memberikan vaksin booster kedua,” ujar Dicky saat dihubungi Kompastv, Selasa (24/1/2023).
Di samping itu, vaksinasi Covid-19 booaster kedua ini menjadi penting untuk mencegah adanya korban jiwa, dan negara dalam hal ini berkewajiban melindungi warganya.
“Kewajiban negara melindungi jangan sampai orang meninggal karena wabah ini. Itu merupakan kewajiban serta tanggung jawab pemerintah,” ujarnya.
Tak hanya itu, menurut Dicky, vaksinasi Covid-19 booster kedua ini juga untuk menjaga stabilitas dalam program pemulihan sektor ekonomi dan sosial-politik.
Baca Juga: Kasus Naik, Presiden Jokowi Jalani Vaksin Booster Kedua Sebelum Kunjungi Lagi Lokasi Gempa Cianjur
Saat ini, risiko terhadap Covid-19 dibandingkan awal pandemi 2020 sangat jauh berbeda, apalagi setelah ditemukannya vaksin untuk modal imunitas. Namun, bukan berarti dampak Covid-19 benar-benar sudah hilang.
“Saat ini utama dampak dari covid ini bukan lagi di keparahan peningkatan kasus atau keterisian rumah sakit atau tingkat kematian. Tapi ini berganti dengan ancaman long covid. Di mana infeksi yang berulang dari covid itu akan berpotensi menurunkan kualitas kesehatan seseorang,” ujarnya.
Artinya, kasusnya mungkin tidak tampak meningkat di masyarakat, bahkan PPKM dicabut dan tidak wajib lagi memakai masker, tapi dalam 2 hingga 5 tahun ke depan kasus diabetes, hipertensi, jantung dan stroke meningkat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.