JAKARTA, KOMPAS.TV - Nuzulul Qur'an yang terjadi pada 17 Ramadan memiliki pesan penting bagi umat Islam. Salah satunya adalah soal membaca Al-Qur’an. Namun, apakah sekadar itu?
Nuzulul Qur'an adalah peristiwa penting dalam sejarah Umat Islam. Hikmah di balik peristiwa itu adalah peristiwa membaca Al-Qur'an bukan sekadar hanya membaca semata, melainkan juga anjuran untuk memahami isinya.
Untuk itulah, dalam tradisi Islam, membaca Al-Qur'an ini baiknya sering dilakukan. Baik membaca sendirian atau bersama-sama yang kita kenal dengan tadarus.
Tadarus yang dicontohkan para ulama, seperti diajarkan Syaikh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nihayatuzzain adalah proses bernama mudarasah, atau idarah. Yakni membaca Al-Qurán secara tartil, serta berusaha untuk memahami kandungannya.
Tartil sendiri bisa diartikan, membaca atau memahami bersama orang lain untuk kemudian saling mengoreksi. Sedangkan mengoreksi bisa merupa makhraj, tajwid maupun jenis qiroáh atau langgam yang dibacakan, serta tentu saja berusaha untuk saling belajar bersama.
Hal ini meniru tradisi tadarus Nabi Muhammad yang beliau lakukan selama Ramadan. Tadarus yang dicontohkan, serta harusnya dijalankan oleh umat Islam.
Baca Juga: Apa Perbedaan Malam Nuzulul Qur'an dengan Lailatul Qadar? Simak Penjelasannya
Dikisahkan, pada bulan Ramadan, Nabi Muhammad melakukan tadarus bersama malaikat Jibril pada malam hari.
Ketika berhadapan dengan malaikat Jibril, Nabi pun diajari Al-Qur’an dan dikoreksi bacaannya oleh Jibril. Beliau diajari tiap malam pada bulan Ramadan.
Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari terkait peristiwa Nabi yang diajari Al-Qur'an oleh malaikat Jibril.
“Rasulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadan ketika malaikat Jibril menemuinya. Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadan, di mana Jibril mengajarkannya Al-Qur'an. Sungguh Rasulullah SAW orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus” (HR. Bukhari).
Hadis tersebut juga menyimpan makna tentang pentingnya mempelajari Al-Qur'an dan alat-alatnya seperti ilmu tajwid maupun makharijul huruf.
Selain itu juga bermakna agar umat Islam turut serta belajar serta memahami jenis-jenis qiroáh atau langgam pembacaan Al-Qur'an.
Hal ini penting agar kelak umat Nabi bisa membaca Qur'an secara tartil. Setelahnya, tentu bisa mempelajari kandungan dan makna di dalam Al-Qur'an yang penuh dengan makna.
Semoga Ramadan memberi keberkahan bagi kita semua dan mengingat pesan penting dari Nuzulul Qur'an. Wallahu a'lam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.