JAKARTA, KOMPAS.TV - Ada sebuah nasihat dari Nabi Muhammad yang kerap dilupakan oleh umat Islam, padahal hal itu ada dalam diri beliau dan merupakan cerminan Islam. Apakah itu?
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengisahkan bagaimana satu sifat Nabi Muhamamad ini sudah sepatutnya dijadikan pedoman bagi umat islam.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.' (QS Al-Ahzab [33]: 21).
Berdasarkan firman Allah di atas, dapat disimpulkan, budi pekerti atau akhlak adalah landasan penting bagi muslim yang kerap dilupakan umat Islam. Buktinya, masih banyak kebencian, kedengkian maupun hal buruk lain yang dilakukan oleh kita, seorang muslim.
Padahal, dengan pelbagai keindahan budi pekertinya, Nabi SAW mendorong kita berbuat baik, saling memaafkan, dan mencintai orang lain, termasuk menjaga hubungan kita dengan alam sekitar dari kerusakan.
Semua kebaikan itu bermuara pada sebuah konsep hakiki nasihat Nabi yang paling utama, yaitu akhlak mulia.
Saking pentingnya akhlak ini, dikisahkan suatu hari ada seorang yang datang ke Rasulullah dalam kondisi marah-marah. Lantas, seketika bisa luluh ketika ia duduk dan berbicara dengan Nabi.
Pada kesempatan lain, ada seorang yang tiap hari mengumpat Nabi Muhammad, tapi justru meminta agar umat Islam berbuat baik kepadanya. Sebab inilah, kata beliau, definisi dari seorang muslim.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi).
Tidak salah ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, Aisyah menjawab, "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an".
Baca Juga: Ini Perintah Wajib Berpuasa Ramadan dan Puasa yang Dilakukan Umat Sebelum Nabi Muhammad
Akhlak dalam Islam merupakan puncak nilai-nilai agung, poros utama yang menjadi pusat nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam Islam terdapat nilai-nilai luhur yang berfungsi sebagai kendali bagi umat Islam, sebagai pengawas atas kehendak dan perilakunya. Di atas semua itu, nilai akhlaklah yang paling utama.
Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang baik. (QS Alqalam [68]: 4).
Menurut Imam Al-Mawardi, ayat itu diartikan sebagai keharusan untuk berbuat baik (berakhlak) terhadap semuanya, seperti dicontohkan Rasulullah SAW. Entah itu sesama umat Islam, orang lain, bahkan binatang serta tumbuhan sekalipun.
Tak sampai di sini. Untuk memperkuat kendali perilaku dan moral seorang muslim, Nabi menasihati agar menjauhi sikap saling dengki, munafik, amarah, suka mencela, dan segala keburukan lainya, yang tentu berimbas pada diri sendiri dan orang lain.
''Yang paling dicintai Allah di antara kalian adalah yang akhlaknya paling jujur, yang 'merendahkan sayapnya' (bersikap cinta kasih), yang bersikap ramah dan diakrabi (orang).'' (HR Muttafaqun 'alaih).
Seperti Nabi, kita harus senantiasa mendayagunakan segala potensi yang dimiliki untuk menjadi sosok yang jadi representasi Islam, bukan sebaliknya. Caranya, dengan senantiasa berbuat baik pada manusia (hubluminnassas) dan kepada alam (hablum minal alam). Wallahu a'lam.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.