Jejak Perang Badar yang Masih Terasa
Jelajah dunia | 26 Agustus 2021, 04:05 WIBOleh: Abdullah Mufid Mubarrok, Mahasiswa Komunikasi Universitas Siber Asia
BADAR, KOMPAS.TV - Sampai sekarang, pada malam hari masih sering terdengar suara dentingan pedang saling beradu. Ringkikan dan derap langkah kaki kuda acapkali tertangkap di telinga masyarakat yang tinggal di dekat lokasi Perang Badar, meskipun telah ribuan tahun berlalu.
Matahari belum juga meredupkan sinarnya. Meskipun sedang musim dingin, panas masih terasa menyengat. Sesekali angin bersilir tetapi terasa hangat menerpa wajah. Sore itu, Kamis 30 Januari 2020, kami yang berjumlah 42 orang tiba di Kota Badar menjelang waktu asar.
Rombongan yang tergabung dalam Kafilah Umrah Bariklana Tour bergerak dari Hotel Shourfah Jadid, di depan Masjid Nabawi, Madinah, pukul 9 pagi. Setelah mengunjungi percetakan mushaf Al-Qur’an, usai zuhur kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Badar dengan bus yang disewa khusus.
Jarak Kota Badar dari Masjid Nabawi sekira 140 kilometer. Memang tidak lazim, ada travel umrah yang mengajak jamaahnya berziarah ke Makam Syuhada Badar, sekaligus melihat langsung lokasi Perang Badar. Selain letaknya relatif jauh dari Masjid Nabawi, juga medan perjalanan yang cukup menguras tenaga.
Baca Juga: Ingin Umrah, Penerima Vaksinasi Sinovac & Sinopharm Wajib Booster Vaksin yang Disetujui Arab Saudi
Umumnya, jamaah umrah asal Indonesia difasilitasi oleh travel untuk berziarah ke Masjid Quba, Makam Syuhada Uhud, dan situs-situs bersejarah Islam terdekat dari Masjid Nabawi. Jika ingin ke Kota Badar, jamaah pergi secara mandiri dengan menyewa taksi atau mini bus.
“Kami ingin jamaah umrah berziarah ke Makam Syuhada Badar dan melihat langsung lokasi Perang Badar. Perang yang menjadi tonggak perkembangan Islam. Dari ziarah itu, kami berharap perjalanan jamaah umrah menjadi lebih berkualitas,” kata Komisaris Utama Bariklana Tour, KH Fadloli Hasan.
Sepanjang perjalanan menuju Kota Badar yang di kanan kirinya hamparan pasir dan perbukitan, lalu lintas lengang. Sesekali saja melintas kendaraan yang melaju membelah jalanan mulus beraspal. Tidak terlihat bus yang mengangkut jamaah umrah asal Indonesia.
Tiba di Kota Badar, bus berhenti di depan Masjid ‘Areesh. Kami turun dan menuju masjid yang ketika Perang Badar berlangsung, adalah tempat berdirinya tenda Nabi Muhammad Saw serta para pengikutnya.
Selang beberapa menit kemudian, berhenti sebuah bus mini dan parkir di sebelah bus kami. Rupanya puluhan jamaah umrah asal Pakistan yang juga bermaksud ziarah di Kota Badar. “Yang banyak datang ke sini itu jamaah umrah dari Pakistan dan Mesir,” kata Salim, lelaki berusia sekitar 50-an tahun yang menjual teh di depan Masjid ‘Areesh.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Istimewa