Begini Penjelasan BMKG soal Hujan Deras Muncul saat Musim Kemarau
Sains | 11 Juli 2024, 09:59 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan mengenai fenomena hujan lebat yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia meskipun telah memasuki musim kemarau.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers bertajuk "Hujan Lebat pada Musim Kemarau" pada Senin (8/7) mengungkapkan, peningkatan curah hujan ini dipengaruhi oleh aktivitas beberapa fenomena atmosfer, pengaruh gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.
Dwikorita juga memberikan peringatan dini terkait beberapa wilayah yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Bahkan hujan tersebut disertai kilat, petir, hingga angin kencang.
Peningkatan Curah Hujan karena Fenomena Atmosfer
Dwikorita menjelaskan, berdasarkan analisis cuaca dan pengamatan perkembangan kondisi cuaca, sepekan ke depan masih terdapat potensi peningkatan curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia.
Baca Juga: La Nina Bikin Musim Kemarau Lebih Pendek dan Hujan Sering Turun, Peneliti BRIN Ungkap Dampaknya
Fenomena utama yang menyebabkan anomali cuaca ini adalah Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial.
"Sehingga berdasarkan analisis cuaca dan pengamatan perkembangan kondisi cuaca, sepekan ke depan masih terdapat potensi peningkatan curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia meskipun telah memasuki musim kemarau," jelas Dwikorita dikutip dari keterangan di BMKG.
Pengaruh Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial
Selain MJO, fenomena gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby Equatorial juga berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan di wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia. Seperti sebagian wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.
Suhu permukaan laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia turut berkontribusi dalam menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
"Khusus untuk pulau Jawa akan mengalami penurunan potensi hujan mulai periode tanggal 11 Juli," tambah Dwikorita.
Letak Geografis dan Dinamika Cuaca Indonesia
Dwikorita juga menjelaskan fenomena hujan di musim kemarau tidak lepas dari letak geografis wilayah Indonesia.
Indonesia berada di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara dua Samudra besar, yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Fenomena iklim dan cuaca di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dinamika cuaca yang beragam.
Baca Juga: Daftar Wilayah yang Diprediksi Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang 11-12 Juli 2024
Selama musim kemarau, potensi gangguan seperti MJO dan gelombang atmosfer lainnya tetap dapat menyebabkan pembentukan awan hujan.
"Fenomena iklim dan cuaca di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dinamika cuaca yang beragam. Selama musim kemarau, adanya potensi gangguan seperti MJO dan gelombang atmosfer lainnya tetap dapat menyebabkan pembentukan awan hujan," jelasnya.
Peringatan Dini BMKG
Berdasarkan analisis tersebut, BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca di mana diperkirakan akan terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Bahkan disertai kilat petir dan angin kencang di sebagian wilayah Indonesia pada 8-14 Juli.
Wilayah yang diperkirakan akan terkena dampak antara lain sebagian besar wilayah Sumatra, sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
Namun, khusus untuk pulau Jawa, potensi hujan diperkirakan akan menurun mulai periode tanggal 11 Juli.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan, peningkatan curah hujan akibat gangguan fenomena atmosfer tidak akan berlangsung berhari-hari dan diprediksi hanya 1-3 hari di setiap wilayah.
Saat ini, wilayah Jakarta dan Banten yang pekan kemarin diguyur hujan lebat sudah mulai cerah kembali.
Kondisi ini diprediksikan akan menurun, di mana wilayah Jawa, Banten, Bali, dan Nusa Tenggara akan kembali mengalami kondisi musim kemarau yang normal.
BMKG mengimbau masyarakat untuk terus memonitor perkembangan informasi cuaca yang dinamis melalui seluruh kanal informasi BMKG, seperti aplikasi InfoBMKG dan media sosial BMKG.
Penting bagi masyarakat Indonesia untuk memahami kompleksitas fenomena iklim dan cuaca di Indonesia.
Termasuk dampak perubahan iklim, sehingga dapat lebih waspada dan siap menghadapi perubahan cuaca ekstrem.
Penulis : Danang Suryo Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV