Mulai Senin, Ini Niat Puasa Tasua dan Asyura 2024, Bolehkah Digabung dengan Qada Ramadan?
Beranda islami | 14 Juli 2024, 07:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Puasa Tasua dan Asyura 9-10 Muharam 1446 hijriah bisa dilakukan mulai besok, Senin (15/7/2024).
Seperti diketahui, Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Muharam 1446 H pada Minggu (7/7).
Artinya, puasa Tasua 2024 atau 9 Muharam 1446 H jatuh pada 15 Juli 2024.
Sementara, puasa Asyura 2024 jatuh pada 10 Muharam 1446 H atau Selasa, 16 Juli 2024.
Hukum Puasa di Bulan Muharam
Menurut hadis riwayat Muslim, Rasulullah Saw. bersabda bahwa puasa di bulan muharam lebih utama setelah puasa Ramadan.
Baca Juga: Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2024, Ada Perbedaan NU, Muhammadiyah dan Pemerintah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم)
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim).
Puasa pada hari-hari bulan Muharam yang lebih utama berdasarkan hadis dan penjelasan ulama adalah 10 hari pertama Muharam, termasuk di dalamnya hari Tasua (9 Muharam), hari Asyura (10 Muharam).
Anjuran berpuasa Asyura pada 10 Muharam didasarkan pada hadits Ibnu Abbas, seperti dikutip dari muhammadiyah.or.id.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika tiba di Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan shaum hari ‘Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata; “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Lalu Nabi Musa ‘Alaihissalam mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah”. Maka Beliau bersabda: “Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka”. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummat Beliau untuk mempuasainya (HR. Bukhari).
Baca Juga: Teks Khotbah Jumat dari Kemenag: Keutamaan 10 Muharam 1446 H
Niat Puasa Tasua 2024
نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُوعَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Tâsû’â-a lilâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa Tasu’a karena Allah ta’âlâ.”
Niat Puasa Asyura 2024
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Âsyûrâ-a lilâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa Asyura karena Allah ta’âlâ.”
Apakah Boleh Digabung dengan Qada Ramadan?
Ustadz Muhamad Hanif Rahman, khadim Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo menjelaskan hukum menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasu'a dan Asyura terdapat perbedaan pendapat ulama madzhab Syafi'i.
Dikutip dari islam.nu.or.id, pendapat pertama mengatakan sah menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa Tasu'a dan Asyura dan keduanya bernilai pahala. Ini adalah pendapat al-Baziri, Syihabuddin ar-Ramli, Syamsuddin ar-Ramli, Ibnu Hajar dan yang lainnya.
Sementara pendapat kedua menurut Imam Abu Makhramah mengikuti pendapat Imam as-Samhudi menyatakan penggabungan dua niat puasa wajib dan sunah dalam satu kali pelaksanaan justru membuat puasa ini tidak sah.
Seperti tidak sahnya niat salat zuhur dan sunah ba'diyahnya dalam satu pekerjaan salat.
Bahkan lebih dari itu, beliau menyatakan puasa sunah tidak sah jika masih memiliki tanggungan qadha Ramadan.
Sementara itu, merujuk pendapat Imam Ibnu Hajar Al-Haitami (wafat 974 H), yang harus lebih didahulukan dalam hal ini adalah qada puasa Ramadan, bukan puasa sunah.
Bahkan makruh hukumnya jika orang melakukan puasa sunah sebelum mengganti puasa Ramadan.
Niat Puasa Qada Ramadan
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.
Artinya: Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah Swt.
Penulis : Dian Nita Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV