Memberi Nama Anak Jangan yang Berarti Buruk karena Nama adalah Doa, Berikut Penjelasan Ulama
Beranda islami | 24 Mei 2022, 14:08 WIBJAKARTA, KOMPAS. TV – Ramai diperbicangkan soal pemberian nama anak usai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meneken Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 73 Tahun 2022 tentang pencatatan nama pada dokumen kependudukan.
Lantas, bagaimana seharusnya memberikan nama dalam Islam? Bagaimana tren memberikan nama dalam Islam?
Ustaz Ibnu Kharis Lc, MA atau biasa disapa Ustaz Ahong menjelaskan tentang Islam dan upaya pemberian nama anak ini.
Ustaz Ahong yang mendapatkan anugerah Maarif Award 2020 karena aktivitas dakwah digitalnya ini lantas menyebutkan, Islam mengatur pemberian nama ini. Sebab, dalam Islam, nama adalah doa.
Terkait panjang maupun pendeknya, lanjut Ustaz Ahong, Islam tidak mengatur itu. Tetapi ada baiknya, nama tersebut memudahkan dan tidak rumit.
“Tidak ada aturan baku sebenarnya, itu hanyalah tren. Anjurannya menurut Nabi, yang penting adalah, nama tersebut artinya harus bagus secara artinya. Dalam tradisi Indonesia, ya dua atau tiga suku kata. Panjang sekali takutnya jadi masalah, nanti menyulitkan orang lain atau dinas terkait,” paparnya kepada KOMPAS.TV, Selasa (24/5/2022)
Ia pun mengutip sebuah perkataan dari hadis tentang anjuran untuk mempermudah orang lain. Apalagi, sekali lagi ia menegaskan, nama adalah doa yang akan melekat pada diri anak tersebut.
Baca Juga: Aturan Baru Pencatatan Nama Minimal Dua Kata di KTP, Bagaimana yang Terlanjur? Ini Kata Dukcapil
Maka dari itu, untuk sebuah nama bayi, ada baiknya yang memudahkan dan juga harus bagus secara arti.
“Dalam tradisi Islam biasanya menyertakan nama bapak, misalnya Muhammad bin Ahmad. Jadi, tidak ada kewajiban panjang atau pendek, dan intinya sekali lagi adalah doa baik kepada anak tersebut," paparnya.
“Termasuk penggunaan tidak harus berbahasa asing, misalnya Arab, Korea atau Inggris atau yang lain. Prinsipnya, nama adalah doa,” sambungnya.
Nabi Pernah Ganti Nama Sahabat
Ia pun menyebut, pada zaman Nabi juga pernah terjadi penggantian nama oleh beberapa orang.
Bahkan, seperti penuturannya, Nabi Muhammad sendiri yang menggantinya, karena nama orang tersebut tidak bagus sebagai sebuah doa.
“Sejarah mencatat, beberapa kali Nabi mengubah nama seseorang yang mengandung arti buruk. Salah satunya adalah nama kakek salah seorang tabiin, Sa’id bin al-Musayyib. Nama kakek Sa’id bin al-Musayyib itu adalah Hazan yang memiliki arti keras kepala,” paparnya.
Nama tersebut oleh Nabi pun diubah menjadi nama Sahal. Sahal sendiri bermakna mudah atau dimudahkan.
Harapannya, kata Ustaz Ahong, nama itu bisa menjadi doa bagi dirinya dan lingkunganya.
Baca Juga: Aturan Memberi Nama Anak dalam Islam, Makruh Gunakan Empat Nama Ini
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV