> >

Diusulkan Dapat Kenaikan Gaji dan Tunjangan Besar, Khalifah Umar Menolak

Beranda islami | 18 September 2021, 10:12 WIB
Ilustrasi: Suasana gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (22/5/2009). (Sumber: KOMPAS/PRIYOMBODO)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Setelah dipilih menjadi khalifah sepeninggal Abu Bakar, Umar bin Khattab pun bekerja dengan sangat keras. Meski begitu, gaji dan pendapatannya sebagai penguasa, begitu kecil. Saking kecilnya, untuk membeli baju yang layak pun tidak bisa.  

Meski begitu, Umar tidak pernah mengeluh soal gaji, bahkan sebagian pendapatannya pun diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Kisah ini ditulis dalam Tarikh Thabari karya Imam at-Thabari.

Para sahabat pun bermusyawarah, mereka prihatin dengan kehidupan khalifah yang begitu dicintai itu. Hingga mereka pun mengusulkan untuk menaikkan gaji Umar, serta merumuskan ulang sistem penggajian.

“Baiknya kita usul kepada Khalifah Umar agar tunjangan dan gajinya dinaikkan,” usul salah seorang sahabat.

Para sahabat tampaknya sepakat, mengingat mereka prihatin dan tidak tega melihat pimpinan mereka seperti itu. Di antara yang hadir ada beberapa sahabat berpengaruh. Salah satunya adalah Utsman bin Affan. Ia sepertinya menolak usulan tersebut, sebab ia tahu watak Umar.

Baca Juga: Kisah Pejabat Menolak Tunjangan Gaji, Semuanya Diberikan untuk Sedekah

 

Utsman pun memberi usulan. “Baiknya usulan kita yang baik ini jangan langsung ke Umar. Kita bicarakan dulu saja ke putrinya, Hafsah. Saya khawatir, beliau akan marah,” kata Utsman.

Singkat cerita, para sahabat pun menemui Hafsah. Hafsah lantas bicara kepada ayahnya.

“Wahai putriku, siapa yang memintamu soal usulan ini?” tanya Umar.

Hafsah terdiam sejenak. Lalu menjawab,”Duhai ayahku, saya tidak akan memberikan nama pengusul itu sebelum engkau memberi tahu pendapatmu.”

Umar menghela napas.

“Demi Allah, ketika Rasulullah masih hidup, bagaimana pakaian yang beliau miliki di rumah?” tanya.

Hafsah yang juga merupakan istri Rasulullah, menangis seketika.

“Kekasihku itu hanya punya dua pakaian. Satu dipakai ketika ada tamu, satunya untuk sehari-sehari,” jawab Hafsah.

“Lalu, bagaimana makannya?”

Hafsah menyeka air matanya. ”Beliau selalu makan roti yang agak kasar dan minyak samin (sebagai lauknya).”

“Lalu, bagaiman tempat tidurnya?”

“Kekasihku itu tidak tidur di kasur. Beliau hanya berselimutkan kasur biasa,” jawab Hafsah, sesenggukan.

Umar lantas berkata, dengan suara yang lirih kepada putrinya itu.

“Duhai putri kesayanganku, katakanlah kepada para sahabatku ini, ’Rasulullah senantiasa hidup sederhana. Hartanya diberikan kepada yang berhak. Aku pun akan mengikuti teladannya,'” jawabnya.

Begitulah. Kisah teladan dari Umar ini layak untuk direnungkan. Wallahu a'lam.

Baca Juga: Kisah Ajaib Seorang Lelaki Biasa, Mengeluarkan Uang dari Sebongkah Kayu

 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU