> >

Rangkuman Polemik Rencana Penghapusan Rute Transjakarta Blok M-Kota yang Berhimpitan dengan MRT

Jabodetabek | 23 Desember 2024, 14:33 WIB
Persoalan mengenai penghapusan jalur Transjakarta menimbulkan berbagai respons dari sejumlah pihak. (Sumber: Transjakarta)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Persoalan mengenai rencana penghapusan ruteTransjakarta (TJ) menimbulkan berbagai respons dari sejumlah pihak. 

Berikut ini rangkuman polemik rencana penghapusan rute Transjakarta dari hasil liputan tim KompasTV dan TribunJakarta.com. 

1. Dishub Akan Rerouting Rute TJ untuk Efisiensi Biaya

Polemik penghapusan jalur Transjakarta muncul awalnya dari pernyataan Kepala Dinas Perhubungan Jakarta, Syafrin Liputo yang menyebut, pihaknya akan melakukan rerouting Transjakarta yang berhimpitan 100% dengan rute MRT (Mass Rapid Transit). 

"Untuk koridor Blok M-Kota ini akan dilakukan rerouting, tapi menunggu setelah selesai pembangunan MRT fase 2A," katanya di Jakarta (21/12/2024). 

Adapun rencana ini dilakukan untuk efisiensi pengelolaan dana subsidi. 

"Kita harus melakukan efisiensi pengelolaan dana PSO (Public Service Obligation), dana subsidi," kata Syafrin. 

Menurut keterangannya, layanan angkutan umum yang sifatnya paralel 100% otomatis akan ada dua subsidi sehingga layanan Transjakarta yang berhimpitan 100% dengan rute MRT akan dialihkan. 

Baca Juga: Sejumlah Warga Tak Setuju Soal Jalur Transjakarta Rute Blok M-Kota Terancam Dihapus

2. Warga Menolak Rencana Penghapusan Rute Transjakarta 

Sejumlah warga menyatakan penolakannya terhadap rencana penghapusan rute Transjakarta. 

"Menurut saya sih itu malah mempersulit ya buat masyarakat yang sering naik transportasi umum," komentar salah satu pengguna Transjakarta bernama Sarah, dalam wawancaranya dengan KompasTV di Jakarta. 

Ia khawatir jika ada penutupan jalur, masyarakat harus menempuh jarak yang lebih jauh dari stasiun MRT ke tempat tujuan. 

"Padahal TJ yang satu jalur dengan MRT ini berfungsi buat memecah keramaian," tambahnya. 

Pengguna Transjakarta yang lain, Adin menyampaikan keberatannya soal biaya. 

"Kalau misalnya saya pribadi itu kurang setuju ya, karena tahu sendiri MRT itu biayanya lebih besar daripada TransJakarta," ungkapnya.

Baca Juga: Jalur Transjakarta Rute Blok M-Kota Terancam Dihapus, DISHUB: Untuk Efisiensi Dana Subsidi

3. Respons Pengamat: Karakter Pengguna TJ dan MRT Berbeda 

Menurut Pemerhati Kebijakan Pendidikan dan Transportasi Darmaningtyas, karakter pelanggan Transjakarta berbeda dengan karakter pelanggan MRT.

Baik dari aspek sosial ekonomi, tarif, maupun pola perjalanannya. 

"Sehingga tidak bisa keberadaan MRT itu menggantikan layanan TJ, meskipun satu rute," ungkap Darmaningtyas (21/12/2024) dalam keterangan tertulis yang diterima KompasTV

Menurutnya, dari aspek sosial ekonomi, pelanggan MRT memiliki kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi.

Kemudian, dari segi tarif, tarif MRT jelas jauh lebih mahal karena berdasarkan jarak tempuh. 

Saat ini, pengguna MRT dipatok tarif bervariasi tergantung jarak, dari mulai Rp3.000 sampai Rp14.000.

Sedangkan para pengguna Transjakarta cukup mengeluarkan Rp3.500 untuk sekali perjalanan, baik jaraknya dekat atau jauh. 

Selain itu, pola perjalanan pengguna MRT dan TJ juga berbeda sehingga sulit untuk memindahkan pengguna TJ ke MRT. 

Apabila ada penghapusan jalur, masyarakat yang biasanya menggunakan TJ bisa beralih ke kendaraan pribadi yang bisa menimbulkan kemacetan. 

Darmaningtyas juga menambahkan, terkait alasan dobel subsidi yang dilontarkan pemerintah.

"Tentu tidak rasional pula, karena pelanggan TJ itu berbeda dengan pelanggan MRT, perusahaan yang melayani juga berbeda, dan masing-masing mendapat PSO dari Pemrov DKI Jakarta," katanya. 

Baca Juga: Pengamat Kritik Rencana Penghapusan Koridor 1 TransJakarta, Aspek Sosio-Ekonomi Pengguna Berbeda

4. Dishub Tegaskan Tak Ada Penghapusan Jalur 

Pada Senin (13/12/2024), Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo menegaskan soal rencana penghapusan rute Transjakarta. 
 
“Layanan Transjakarta yang berhimpitan 100 persen dengan layanan MRT, yaitu Blok M-Kota ini akan dilakukan rerouting. Ini tidak berarti layanan dihentikan, tetapi diarahkan ulang agar lebih optimal,” ujar Syafrin pada Senin (23/12/2024) via TribunJakarta.com. 

Ia menambahkan, layanan Transjakarta akan tetap berperan sebagai penghubung atau feeder untuk angkutan rel, termasuk MRT (Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu) dan LRT (Light Rail Transit). 

“Prinsipnya, Transjakarta akan menjadi pelengkap untuk transportasi rel, bukan digantikan. Sebagai contoh, layanan di Bundaran HI tidak akan dihilangkan,” katanya. 

“Rute Transjakarta akan tetap termanfaatkan dengan pola integrasi, misalnya dari Semanggi, Kebon Sirih, hingga Tanah Abang untuk mendukung konektivitas,” imbuh Syafrin. 

 

Penulis : Tri Angga Kriswaningsih Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV, TribunJakarta.com


TERBARU