Bertaruh Nyawa demi Ilmu, Ini Kisah Para Pelajar Penyeberang Jembatan Rusak Sungai Cikaso
Jawa barat | 24 Juli 2024, 12:05 WIBSUKABUMI, KOMPAS.TV - Setiap pagi, puluhan pelajar di Desa Neglasari dan Bantarpanjang, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, memulai hari dengan tantangan yang tak biasa.
Mereka harus menyeberangi Sungai Cikaso yang berarus deras dengan cara bergelantungan di sisa-sisa jembatan gantung yang nyaris ambruk.
Putri, siswi kelas V SDN Cibadak berusia 12 tahun, adalah salah satu dari banyak pelajar yang harus menghadapi tantangan ini setiap hari. Ia awalnya takut, tetapi sudah mulai terbiasa menyeberangi jembatan tersebut.
Meski demikian, Putri mengaku bahwa saat hujan deras, ia terpaksa tidak masuk sekolah. Pihak guru bahkan juga mengimbau agar tidak memaksakan diri saat cuaca buruk.
Jembatan penghubung antara Desa Neglasari dan Bantarpanjang merupakan jalur utama masyarakat. Bangunan ini rusak parah akibat banjir bandang beberapa bulan lalu.
Baca Juga: Hari Anak Nasional dan Kisah "Anak Sekecil Itu Berkelahi dengan Waktu, Dipaksa Pecahkan Karang..."
Meski kondisinya memprihatinkan, struktur besi yang tersisa masih menjadi satu-satunya harapan warga untuk menyeberang.
"Setiap hari, saya, para pelajar dan masyarakat harus seperti ini untuk menyeberang. Bahkan saat hujan pun kami tetap nekat menyeberang agar bisa sampai tujuan tepat waktu," tutur Leni Sumarni, guru SDN Cibadak dikutip dari Antara, Rabu (24/7/2024).
Kepala Desa Neglasari Rahmat Hidayat menjelaskan, jembatan penghubung tersebut adalah sarana penyeberangan utama dan tersingkat masyarakat.
Meskipun ada jalur alternatif, rute tersebut memakan waktu 1-2 jam dengan jarak tempuh sekitar 10 kilometer. Bagi para pelajar dan guru yang harus tepat waktu, pilihan ini jelas tidak efisien.
"Tidak sedikit pelajar mulai tingkat SD hingga SMA yang terpaksa masih memanfaatkan material jembatan ini untuk menyeberangi Sungai Cikaso demi menghemat waktu," kata Rahmat.
Para pelajar bahkan melewati sungai bila air tengah surut. Namun, Rahmat khawatir jika tiba-tiba terjadi banjir bandang dan berpotensi menghanyutkan seseorang.
Baca Juga: Kisah Malang Dono Guru Honorer: 10 Tahun Ngajar SD Swasta, 3 Tahun Negeri, Akhirnya Diberhentikan
Pihak desa telah berupaya mencari bantuan dengan mengirimkan surat ke instansi terkait untuk pembangunan jembatan permanen.
Namun hingga kini, belum ada realisasi. Sebagai langkah antisipasi, Rahmat berkoordinasi dengan Kepala Desa Bantarpanjang untuk mengalokasikan sebagian dana desa tahun 2025 guna perbaikan jembatan.
"Kami berharap jembatan ini bisa segera diperbaiki karena banyak pelajar dari dua desa yang hendak bersekolah harus bertaruh nyawa melewati jembatan ini," harap Leni.
Penulis : Danang Suryo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV