Saat Jemari Lentik Gadis Cilik Sabetkan Tokoh Wayang di Atas Panggung
Jawa tengah dan diy | 7 November 2023, 01:00 WIB“Kalau ngajarin tokoh itu biasanya sebelum belajar mendalang mereka sudah tahu dulu nama tokoh. Teknik pertama belajar mendalang itu biasanya pada cekelan wayang sama dodogan keprakan.”
Selanjutnya, para calon dalang tersebut harus mempelajari karawitan atau musik pengiring, seperti gamelan dan gending-gending.
Yang Harus Dipahami Dalang
Ki Dalang Wahyu Dunung Raharjo, Ketua Yayasan Sang Pamarta Indonesia sekaligus pelatih dalang cilik menjelaskan sejumlah hal yang perlu bahkan harus dipahami oleh para dalang.
Ia berpendapat menjadi dalang bukanlah profesi yang mudah, sebab seorang dalanh harus menguasai beberapa diiplin ilmu.
Pertama, kata dia, seorang dalang harus memahami ilmu vokal atau suara, termasuk nembang atau melantunkan lagu.
“Pertama adalah ilmu vokal atau suara. Jadi seorang dalang adalah seorang penyanyi yang baik, tidak boleh fals,” ucapnya.
Kedua, seorang dalang menurutnya merupakan pemain teater yang baik. Sebab, dalang harus bisa memainkan karakter setiap wayang.
Dalam pewayangan ada ratusan nama dan tokoh dengan karakternya masing-masing. Dalang harus bisa menguasai maing-masing karakter-karakter itu.
“Ada yang jahat, ada yang baik, ada yang tegas, ada yang ragu-ragu. Dalang adalah seorang pemain watak yang baik.”
Hal lain yang harus dipahami oleh dalang adalah musikalitas yang tinggi, karena dalam pertunjukan wayang, seorang dalang bukan hanya memainkan wayang tetapi sekaligus menjadi konduktor dalam pertunjukan.
Melalui keprak, yaitu kepingan logam pengiring pertunjukan yang dimainkan dengan kaki serta cempolo, yaitu alat yang digunakan untuk memukul kotak wayang sekaligus memberi perintah pada para pemain gamelan, ia menjadi pimpinan pertunjukan.
“Pemusik mengikuti dalang melalui ini, misalnya sandinya seperti ini musiknya harus ini, kalau sandinya begitu musiknya berhenti dan sebagainya. Jadi dalang haru menguasai ilmu karawitan,” jelasnya.
Kearusan menguasai beragam bidang itu menjadikan profesi dalang tidak mudah dilakukan dan tidak setiap orang mampu menjalankannya.
Mendalang juga memberikan sejumlah dampak positif bagi pelakunya, termasuk pada anak-anak yang mulai mempelajarinya.
Ki Dunung menyebut belajar menjadi dalang sebenarnya dapat menyiapkan si anak menjadi pemimpin di masa depan, sebab sebagai dalang ia belajar mengembangkan jiwa kepemimpinan.
“Dalanga adalah pemimpin panggung. Dia juga akan memiliki peraaan yang halus karena seni ini kan main rasa. Dia akan memahami watak banyak orang karena dia adalah pemaham karakter yang bagus.”
Tingkat kesulitan dalam belajar mendalang, menurut Ki Dunung, sangat tergantung pada kesukaan si anak.
Jika mereka menyukai wayang, sebenarnya tidak akan terlalu sulit belajar mendalang, terlebih jika mempelajarinya di maa emas pertumbuhan, akan lebih cepat memahami.
Sebagai seorang guru mendalang, Ki Dunung mengaku sempat beberapa kali terkejut melihat perkembangan anak didiknya yang notabene bukan keturunan dalang.
“Saya buka les dalang di rumah itu kaget dengan anak-anak yang bukan anak dalang, tapi karena suka, baru diajari sedikit mereka sudah bisa mengembangkan, karena mereka suka.”
Bagi orang yang tidak suka, menghafalkan tokoh wayang merupakan hal yang sulit, tetapi bagi mereka yang menyukai wayang, tidak akan sulit.
Ia kemudian menganalogikan dengan penyuka tokoh-tokoh anime.
Baca Juga: Keren! Perajin di Kediri Pakai Kantong Semen Sebagai Bahan Alternatif Wayang Kulit
“Misalnya tokoh One Piece ini, begitu juga dengan mendalang, kalau mereka suka akan mudah. Tantangannya sebenarnya adalah bagaimana membuat generasi muda suka kepada wayang,” tuturnya.
Oleh sebab itu, dalam setiap event peringatan Hari Wayang Nasional yang dilaksanakan pihaknya sejak tahun 2019, Ki Dunung bukan hanya menggelar festival, melainkan juga sejumlah kegiatan lain.
Pada tahun ini misalnya, pihaknya menggelar karnaval hari wayang, kemudian ada cosplay wayang, flashmob wayang, yang bertujuan membuat anak-anak mengenal dan menyukai wayang.
Pada festival ini pihaknya juga mengumpulkan sanggar-sanggar yang ada di Solo Raya, kemudian menghubungkan mereka dengan warga yang berminat mengikutkan anaknya belajar mendalang.
“Misalnya di daerah ini ada sanggar ini, pelathnya ada bapak ini. Jadi event ini sekaligus juga untuk mempertemukan masyarakat dengan sanggar-sanggar kesenian yang melatih dalang cilik,”
Edukasi dan Pameran Wayang
Sejak awal pelaksanaan peringatan hari Wayang Nasional, Ki Dunung selaku penyelenggara memang mengambil tema yang mendekatkan generasi muda dengan wayang.
Salah satu kegiatan yang menjadi rangkaian peringatan Hari Wayang Nasional tahun ini adalah dengan menggelar pameran edukasi wayang di lokasi festival.
“Memang tema saya adalah lebih ke generasi, makanya kita bikin pameran edukasi wayang di lantai atas.”
Di lantai dua gedung tersebut, beragam jenis wayang dipamerkan, mulai dari wayang kulit, wayang kayu, serta beberapa tokoh wayang yang ‘tidak biasa’, seperti Superman, Ksatria Baja Hitam, bahkan ada wayang pahlawan seperti Ir Soekarno.
Sejumlah anak yang hadir dalam kegiatan tersebut terlihat mencoba memainkan atau sekadar memperhatikan tokoh wayang yang dipamerkan.
“Itu ada beragam jenis wayang di Indonesia kita pamerkan, kita kenalkan misalnya wayang Palembang, wayang Jawa Timur, wayang Jogja.”
“Misalnya ada Gatotkaca, sama-sama Gatotkaca tapi yang satu Jogja, yang satu Solo, satunya Jawa Timur, ada yang Cirebon, ternyata beda,” tambah Ki Dunung menjelaskan.
Kegiatan rutin tahunan tersebut merupakan tindak lanjut dari penetapan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Nasional oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2018 lalu.
“Sejak itu, tahun 2019 kita langsung menyikapi dengan membuat festival Hari Wayang Nasional.”
“Kegiatan ini didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebdayaan, Riset, dan Teknologi, melalui platform Dana Indonesiana, nama programnya adalah Failitasi Bidang Kebudayaan, Kegiatan Stimulan Ekpresi Budaya,” bebernya.
Mengenai puluhan dalang cilik dan ratusan pemain gamelan yang mengikuti kegiatan itu, Dunung menyebut mereka datang dari Solo Raya, yakni Surakarta, Sukoharjo, Klaten, Wonogiri, dan sekitarnya.
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV