Tarif Transjakarta Kalideres-Bandara Soetta Diusulkan Rp5.000, Kalau Tak Disubsidi jadi Rp12.000
Jabodetabek | 2 Agustus 2023, 09:51 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mengusulkan agar tarif Transjakarta Kalideres-Bandara Soekarno-Hatta ditetapkan sebesar Rp5.000. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun akan mengkaji usulan tersebut.
Adapun saat ini tarif untuk rute tersebut masih gratis selama masa uji coba.
"Hari ini sudah terbit rekomendasi DTKJ. Yang diusulkan DTKJ itu Rp5.000," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo kepada wartawan di Jakarta Pusat, Selasa (1/8/2023).
"Tentu ini akan kami bahas di tingkat provinsi setelah kami terima usulan dari DTKJ," tambahnya.
Ia menjelaskan, berdasarkan rekomendasi DTKJ, angka Rp5.000 itu adalah tarif setelah mendapat subsidi atau Public Service Obligation (PSO). Jika tidak ada PSO, tarif yang dikenakan bisa Rp12.000.
Baca Juga: Wamen BUMN Ungkap Ada Salah Desain LRT Jabodebek, Semua Komponen Proyek Berjalan Liar
"Masih kami bahas di tingkat provinsi, setelah kami menerima surat dari usulan DTKJ. Tentu akan ada subsidi karena tarif keekonomiannya sekitar Rp12.000. Selisih (Rp7.000) itu kan disubsidi pemerintah," ungkapnya.
Sambil pembahasan tarif dilakukan, uji coba tetap berjalan. Terbaru, jam operasional Transjakarta menjadi lebih pagi.
"Dari hasil evaluasi, kita sudah melakukan beberapa penyesuaian, seperti contoh operasionalnya semula 06.00-09.00 WIB jadi jam 05.30-09.05 WIB, sorenya 18.00-21.00 WIB berubah menjadi 16.30-21.05 WIB. Itu penyesuaian," tuturnya.
Ia menyampaikan, ada kemungkinan bus di rute tersebut dilengkapi fasilitas bagasi. Hal itu untuk menampung koper calon penumpang pesawat yang naik Transjakarta rute tersebut.
Namun pihak Dishub akan mempelajari dulu cakupan penumpang yang selama ini menggunakan Transjakarya rute SH1. Pasalnya, dari terminal kargo ke terminal penumpang 1, 2, dan 3 masih jauh.
"Memungkinkan (penambahan bagasi untuk koper penumpang). Tapi untuk hal itu sambil kita pelajari karakter penumpangnya," ujar Syafrin.
"Jika (bagasi) itu ditambahkan, itu penumpang yang mau ke terminal satu, dua atau tiga tentu perlu 'effort' (usaha) ya. Nah ini tentu kita terus pelajari karakter penumpangnya," sambungnya.
Baca Juga: Rute Baru Transjakarta Cibubur-Kampung Rambutan Lewat Tol Mulai Beroperasi Hari Ini
Diberitakan Kompas.TV sebelumnya, Bus TransJakarta rute Kalideres ke Bandara Soekarno-Hatta mulai diuji coba sejak 5 Juli 2023 lalu. Namun hingga saat ini, baru 700 penumpang yang terangkut setiap harinya, dari target 2.000 penumpang.
DTKJ pun mengevaluasi layanan Transjakarta itu.Ketua DTKJ Haris Muhamaddun mengatakan, dari hasil evaluasi tercatat baru 20 persen penumpang terangkut oleh 10 unit bus Transjakarta Kalideres-Bandara Soetta, dari load factor atau kapasitas angkut.
”Satu hari penuh baru 700 orang. Yang paling tinggi 719 orang. Rata-rata sekitar 700-an orang per hari selama periode uji coba,” kata Haris, Rabu (26/7/2023).
Menurut Haris, penyebabnya adalah karena bus TransJakarta di rute tersebut tidak beroperasi sehari penuh seperti layanan normal. Selama masa uji coba, rute SH1 memang hanya beroperasi pada jam sibuk pagi pukul 06.00-09.00 dan sibuk sore hari pukul 18.00-21.00.
”Kalau operasional seperti itu, klasifikasinya angkutan karyawan. Kalau klasifikasi angkutan karyawan, mestinya yang menyediakan angkutan harusnya pengelola bandara,” ujarnya.
Baca Juga: Dicoret dari PSN di Era Jokowi, Kereta Cepat Jakarta-Surabaya akan Lanjut di Pemerintahan Berikutnya
DTKJ pun merekomendasikan agar TransJakarta Kalideres-bandara Soetta beroperasi secara penuh, yakni dari pukul 05.00-22.00.
”Kalau dibatasi jamnya, itu namanya angkutan karyawan,” ucapnya.
Pihak DTKJ juga akan memastikan status layanan bus TransJakarta Kalideres-Bandara Soekarno-Hatta kepada Penjabat (PJ) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
”Apakah statusnya status layanan penugasan, angkutan karyawan, atau angkutan umum lainnya. Ataupun angkutan umum yang seperti Transjakarta saat ini,” tuturnya, dikutip dari Kompas.id.
Ia menambahkan, sosialisasi terkait keberadaan rute tersebut juga masih kurang. Kemudian titik pemberhentian rute tersebut juga dievaluasi, apakah sudah cukup atau masih perlu ditambah.
Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus
Sumber :