> >

Belajar dari Kasus Antraks di Gunungkidul, Ahli: Penularan AntarManusia Tak Terbukti Ada!

Jawa tengah dan diy | 30 Juli 2023, 05:50 WIB
Petugas menyuntikkan antibiotik pada sapi ternak di Desa Pucanganom, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (18/1/2020). Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penularan penyakit antraks sejak akhir Desember 2019. (Sumber: KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO )

Meski demikian antraks kulit memiliki angka kematian paling rendah yakni kurang dari 5 persen. Sementara untuk pemulihan membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan akan membaik sendiri luka kulit tersebut.

Selanjutnya di 2023 masyarakat dikejutkan dengan adanya 1 orang pasien terinfeksi antraks meninggal dunia. Dokter Dhani menduga kuat warga tersebut kemungkinan terserang antraks di saluran cerna karena makan daging hewan yang mati karena penyakit ini.

Ia menegaskan antraks mematikan jika menyerang saluran nafas ataupun saluran cerna. Hal ini karena angka kematian atau mortality rate mencapai 95 persen.

"Antraks yang menyerang saluran nafas gejala mirip infeksi paru dengan ciri disertai demam batuk sesak nafas, muntah, batuk darah, shock, gagal nafas  kemudian meninggal. Durasi antara mulai demam sampai gagal nafas hingga meninggal cukup singkat hanya membutuhkan waktu sekitar 2 hingga lima 5 hari saja," tutur dia.

Sementara ciri antraks menyerang saluran cerna di antaranya seperti keracunan atau sakit lambung, demam, mual, muntah, muntahan dan kotoran BAB berwarna hitam selanjutnya  shock meninggal dunia hanya kisaran waktu 4 sampai 5 hari.

Solusi antisipasi penularan antraks

Dokter Dhani memberikan beberapa solusi terkait antisipasi penularan antraks ini di antaranya, jika ada hewan sapi atau hewan kambing yang mendadak mati, warga sekitar harus tetap waspada. 

"Jika hewan sudah fix semua terkena antraks jangan dikonsumsi apalagi disembelih. Lakukan perawatan penguburan sapi dengan prosesi antraks diantaranya dikubur dengan dibungkus agak dalam dan diatasnya kuburan diberi tanda berupa semen plester sebagai tanda ada spora antraks. Adapun spora antraks ini dapat bertahan lama sampai 60  hingga 80 tahun," papar dia.

Ia menerangkan jika tetangga atau saudara yang tiba tiba merasa demam badan sakit demam muntah pusing batuk setelah kontak langsung dengan hewan mati antraks maka hendaknya sebelum rentang waktu kurang dari 14 hari wajib  periksa ke RS atau puskesmas terdekat.

Baca Juga: Warga Gunungkidul Semprot Formalin untuk Cegah Penyebaran Antraks

"Hati hati dalam konsumsi daging sebaiknya harus sumber darimana cara pemasakan sementara ini jangan dimasak setengah matang dan masaklah daging sampai matang mendidih," ungkap dia.

Dokter Dhani mengimbau supaya warga tidak perlu panik untuk tidak makan daging. Meski demikian kita diimbau harus tahu darimana daging berasal. Bagi pemilik usaha, 2 hewan berupa sapi dan kambing sebelumnya harus divaksin juga oleh pemilik," tambahnya.

"Meski diakui pula, setelah kami melakukan sosialisasi di daerah ternyata pengetahuan masyarakat tentang anthraks masih rendah sehingga perlu terus ada sosialisasi massif," tandas dia.

Penulis: Gading Persada

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU