> >

El Nino Diprakirakan Terjadi Juli hingga Akhir Tahun, BMKG Imbau Masyarakat Hemat Air

Sumatra | 10 Juni 2023, 14:31 WIB
Foto arsip. Tanah pertanian yang retak-retak karena kekeringan di Oaseo, Kabupaten Kupang, NTT. (Sumber: kompas.id/Fransiskus Pati Herin )

 

MEDAN, KOMPAS.TV - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk memaksimalkan cadangan air demi mengantisipasi dampak fenomena El Nino yang diprakirakan mulai terjadi Juli hingga akhir tahun 2023.

Prakirawan BBMKG Wilayah I Medan Aryo Prasetyo mengatakan untuk menghadapi El Nino, masyarakat harus menyiapkan persediaan air seperti maksimalkan waduk, embung, dan lainnya, mulai dari sekarang.

Karena El Nino diperkirakan akan menyebabkan kekeringan panjang di wilayah Indonesia. Karena itu, masyarakat diimbau menghemat penggunaan air dan memaksimalkan cadangan air dari sekarang.

"Kalau untuk wilayah Sumatera Utara mungkin tidak terlalu berdampak, hanya wilayah Sumatera Utara bagian selatan dan timur saja. Kekeringan tidak serta-merta terjadi, tetapi bertahap dan terus hingga akhir tahun," kata Aryo di Medan, Sabtu (10/6/2023).

Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara membentuk satuan tugas (satgas) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan guna mengantisipasi perubahan iklim, dampak El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).

"Kita dari BPBD Sumut sudah berkoordinasi ke kabupaten/kota untuk membentuk satgas untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau seperti El Nino dan Indian Ocean Dipole," kata Kepala BPBD Sumut Tuahtha Saragih, seperti dilansir Antara.

Baca Juga: BMKG: El Nino Ancam Sektor Pertanian Indonesia, Puncaknya Juli hingga September 2023

"El Nino ini masuk dalam bencana hidrometeorologi, untuk di tingkat provinsi dari tahun-tahun sebelumnya, BPBD sebagai koordinator untuk di bidang penanganan karhutla. Kita terus ingatkan dan mengajak pemangku kepentingan yang lain untuk selalu waspada ancaman kebakaran hutan dan lahan," sambungnya.

Sebelumnya, BMKG telah memperingatkan bahwa fenomena El Nino akan mencapai puncaknya di Indonesia pada Juli, Agustus, dan September mendatang.

Kepala Badan BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan dampak dari fenomena ini termasuk kekeringan, penurunan curah hujan, peningkatan titik api, serta karhutla.

Baca Juga: Fenomena El Nino Mengadang, Moeldoko Minta 6 Provinsi Waspadai Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan

"Langkah-langkah strategis perlu dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi dampak lanjutan. Utamanya sektor-sektor yang sangat terdampak seperti sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air," ujar Dwikorita, Jumat (9/6/2023).

El Nino merupakan sebuah fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan laut (SPL) di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur mengalami peningkatan yang signifikan melebihi kondisi normal.

Fenomena ini dapat memengaruhi iklim dan memiliki dampak yang luas terhadap pola cuaca di berbagai wilayah di seluruh dunia.

Dampaknya, potensi pertumbuhan awan bergeser dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik tengah, sehingga mengurangi curah hujan di Indonesia.

Senada dengan BBMKG Wilayah I Medan, Dwikorita mengatakan ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak El Nino seperti mengoptimalkan penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, embung, dan lainnya.

Tujuannya, untuk menyimpan air di sisa musim hujan yang bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.

Baca Juga: Mentawai Sumatera Barat Diguncang Gempa M 5,3, Tidak Berpotensi Tsunami

 

Penulis : Kiki Luqman Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV, Antara


TERBARU