Banjir Jadi 'Kado' Ultah Solo: Gibran Minta Maaf hingga Status Tanggap Darurat Banjir
Peristiwa | 19 Februari 2023, 06:32 WIBSOLO, KOMPAS.TV - Banjir yang melanda Solo, Jawa Tengah sejak Kamis (16/2/2023) siang membuat total 21.846 warga terdampak, 4.440 warga di antaranya mengungsi.
Sehari berselang, pada Jumat (17/2) yang seharusnya menjadi momen bahagia memperingati Hari jadi Kota Solo ke-278, justru warga Kota Batik harus berjibaku dengan penanganan banjir.
Diketahui bahwa banjir di Solo ini melanda 16 Kelurahan di 4 Kecamatan yang mengakibatkan sejumlah kegiatan masyarakat lumpuh.
Lebih Parah dari Banjir 2007
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Nico Agus Putranto mengatakan banjir yang ternyata bertepatan dengan Hari Ultah Solo ini bahkan bahkan lebih parah dibandingkan tahun 2007 lalu.
Baca Juga: Satu Warga Solo Meninggal di Pengungsian Banjir
"Hari ini dampaknya paling besar dibandingkan 2007 ini. Biarpun yang terkena itu hanya titik-titik sedikit wilayahnya. Tetapi dampaknya sangat tinggi karena kepadatan penduduk," kata Nico pada, Jumat (17/2), dikutip dari Kompas.com.
Nico mengatakan, banjir diakibatkan tingginya curah hujan di Solo beberapa waktu terakhir hingga pompa air yang bekerja tak maksimal di sejumlah wilayah.
Gibran Minta Maaf
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka langsung menjawab kritik pedas dari netizen terkait banjir yang kepung Solo.
"Banjir Solo adalah bentuk teguran dari Allah kepada @gibran_tweet untuk segera taubat nasuha," tulis akun @MandDjanaBdg di Twitter pada Sabtu (18/2).
Putra sulung Presiden Joko Widodo itu pun menympaikan permintaan maaf atas kesalahan-kesalahannya.
"Ya Pak. Terima kasih untuk masukannya. Mohon maaf jika saya salah dan diharuskan taubat. Sekali lagi saya minta maaf atas kesalahan-kesalahan saya," balas Gibran melalui akun resminya.
Sebelumnya, Gibran juga telah mengunjungi lokasi pengungsian warga Solo yang terdampak banjir. Ia berjanji akan memenuhi segala logistik yang dibutuhkan.
"Yang jelas kita pastikan di tempat-tempat pengungsian untuk bahan-bahan, makanan, obat-obatan tersedia semua."
"Sekolah-sekolah, kelurahan-kelurahan kami gunakan semua untuk pengungsian, yang di jalan-jalan karena belum mendapat tempat. Tapi yang jelas di tempat-tempat yang sudah kita sediakan semuanya sudah lengkap dengan air bersih, makan, minum dan obat-obat," kata Gibran usai upacara Hari Jadi Solo ke-278, Jumat.
Baca Juga: BPBD Ungkap Penyebab Banjir di Solo: Curah Hujan Tinggi, Bukan akibat Waduk Gajah Mungkur
Status Tanggap Darurat Banjir
Pada Sabtu (18/2) kemarin, Kota Solo dan juga Kabupaten Sukoharjo ditetapkan dengan status Tanggap Darurat bencana banjir selama dua pekan ke depan sebagai bentuk kewaspadaan jika sewaktu-waktu terjadi luapan air.
Penetapan itu dilakukan seusai rapat koordinasi antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Kota Surakarta, dan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo di Kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah.
”Statusnya (tanggap darurat) sudah dikeluarkan, baik oleh Bupati Sukoharjo (Etik Suryani) maupun Wali Kota Surakarta (Gibran Rakabuming Raka). Statusnya tanggap darurat dan ini berlaku 14 hari ke depan. Mudah-mudahan dalam waktu 14 hari ini sudah bisa tertangani,” kata Kepala BNPB Suharyanto, dikutip dari Kompas.id.
Suharyanto menyatakan, pihaknya juga berencana memberlakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) apabila cuaca ekstrem terjadi dalam kurun waktu yang lebih panjang.
Ia mengaku sudah menjalin koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) demi kebutuhan tersebut.
”Mudah-mudahan hari ini sudah bisa keluar status tanggap darurat dari Pemprov Jawa Tengah sehingga mungkin besok bisa kita lakukan TMC, yang terbukti bisa mengurangi dampak curah hujan akibat iklim yang diprediksi cukup lebat sampai 19 Februari 2023 ini,” katanya.
Banjir Mulai Surut
Adapun banjir di Kota Solo mulai surut sejak Sabtu pagi. Sebagian pengungsi pun memutuskan pulang ke rumah mereka.
Meski begitu, status Tanggap Darurat tetap diberikan karena masih ada ancaman cuaca ekstrem berupa hujan lebat hingga paruh akhir Februari.
Kini, jumlah pengungsi terhitung sekitar 140 orang di Gandekan, sekitar 200 orang di Joyotakan, dan sekitar 400 orang di Pucangsawit.
Penulis : Dian Nita Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas.com, Kompas.id