Eddy Berutu: Program Kawasan Pertanian Terpadu Wujud Agri Unggul
Berita daerah | 21 November 2022, 19:11 WIBADVERTORIAL - Upaya Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu untuk menyejahterakan petani tidak main-main. Berbagai upaya dilakukan oleh Eddy Berutu agar penghasilan petani meningkat. Salah satu yang dilakukan adalah membuat kebijakan Kawasan Pertanian Terpadu (KPT) Kecamatan Parbuluan.
Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dairi dalam terus mendorong dengan mengoptimalkan lahan yang selama ini kurang produktif dan memiliki hamparan luas.
Bupati Dr Eddy Keleng Ate Berutu didampingi Kepala Dinas Komunikasi Informatika, Aryanto Tinambunan menerangkan, tahun 2022 ini, Pemkab Dairi meluncurkan program kawasan pertanian terpadu (KPT) khusus komoditi hortikultura di Desa Parbuluan V, Kecamatan Parbuluan. Tahap awal, telah disiapkan lahan seluas 22 hektare dari target 400 hektare yang dikembangkan jadi KPT. "Pencanangan KPT akan kita laksanakan Senin, 21 November 2022. Pencanangan akan dihadiri langsung Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi," kata Eddy Berutu, Jumat (18/11).
Menurut Eddy Berutu, program KPT merupakan wujud dan merealisasikan Agri Unggul yang tertuang dalam visi misi Pemkab Dairi periode 2019-2024. Adapun visinya, mewujudkan Dairi unggul yang menyejahterakan masyarakat dalam harmoni keberagaman. Sedangkan Misi ke-1 dan ke-3 yakni, meningkatkan kualitas hidup petani dan kesejahteraan masyarakat secara umum serta optimalisasi pengelolaan potensi sumber daya alam daerah.
Selain mengoptimalkan sumber daya alam (SDA) yang ada, menurut Eddy Berutu, sumber daya manusia (SDM) petani juga harus mumpuni guna mendorong kesejahteraan mereka. "Kondisi secara umum di Indonesia, petani masih termarjinalkan. Luas lahan bisa dikelola sedikit, sehingga hasil produksi dan pendapatan petani masih sangat minim. Begitu juga sarana produksi pertanian, pupuk serta bibit sulit diperoleh petani. Harga pupuk juga mahal," ungkapnya.
Dalam KTT G20 di Bali belum lama ini, kata Eddy, Presiden Joko Widodo mengajak semua kepala negara anggota KTT G20, untuk sama-sama mengatasi permasalahan pupuk, supaya pupuk tersedia bagi petani. "Bagi petani, pupuk itu nyawa sehingga harus jadi perhatian bersama. Memang kita akui, krisis ekonomi dan kelangkaan pupuk sekarang, tidak terlepas dari pasca pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) serta perang antara Rusia dan Ukraina," ujarnya.
Terjadinya kelangkaan bahan baku pupuk di Indonesia, kata Eddy Berutu, menyebabkan harga mahal. "Kembali ke program KPT, awalnya kita sangat kesulitan memperoleh lahan. Karena lahan yang kita butuhkan harus satu hamparan dan sangat luas, sehingga skalanya sangat besar. Kalau terpisah-pisah dan kecil-kecil percuma saja," ujarnya.
Menurutnya, program ini tidak mudah dan sangat sulit. Karena selama ini mereka (petani), biasanya dapat pupuk bersubsidi. "Sementara, program yang kita gulirkan skemanya beda. Mereka akan memperoleh pinjaman melalui kredit usaha rakyat (KUR). Akhirnya kita mendapatkan lahan di Desa Parbuluan V total seluas 400 hektare. Selanjutnya, saya tetapkan lahan itu menjadi kawasan pertanian terpadu melalui Keputusan Bupati Dairi Nomor 645/520/VII/2022 tanggal 12 Agustus 2022," ungkap Eddy Berutu.
Eddy Berutu menjelaskan, untuk tahap awal luas tanaman hortikultura yakni untuk tanaman bawang merah 50 hektare, kubis 100 hektare, kentang 100 hektare, cabai merah 100 hektare dan tanaman kopi sebagai tanaman tumpangsari pada seluruh lokasi. "Selanjutnya, petani kita kumpulkan dan bicarakan komoditi yang akan dikembangkan dan petani setuju dan lahan kita tes," jelasnya.
Selanjutnya, kata Eddy KA Berutu, program yang dikembangkan Pemkab Dairi tersebut dipresentasikan kepada pemerintah provinsi lewat Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi. Gubsu menyambut baik program dimaksud dan diusulkan ke Kementerian Pertanian untuk pengembangan kawasan pertanian terpadu.
Sebelumnya, jelas Eddy Berutu, Pemprovsu, telah mengundang 4 kabupaten/kota di Sumut seperti Tapanuli Selatan, Madina, Dairi, dan Pakpak Bharat untuk program itu, tetapi yang dipilih adalah Kabupaten Dairi. Untuk pengembangan KPT itu, akan ditopang anggaran dari Kementerian, Pemprovsu, dan anggaran Pemkab Dairi. "Anggaran APBD hanya diperuntukkan utk sarana infrastruktur seperti irigasi, fertigasi, jalan akses, embung dan gudang (bila dibutuhkan), UPO dll infrastruktur dasar. Sedangkan sarana produksi pembiayaannya melalui KUR Kluster," ucapnya.
Tetapi, untuk tahap pertama, pemerintah akan menyediakan bibit bagi petani. Karena ini baru pertama, petani disediakan bibit, pupuk, mulsa. Sementara, lahan dan tenaga dari mereka serta hasil semua untuk mereka. Tahap awal, untuk komoditas cabai akan dikembangkan di lahan seluas 22 hektare.
Eddy mengatakan, selain mendorong peningkatan kesejahteraan petani, program KPT sebagai salah satu upaya Pemkab Dairi menjaga ketahanan pangan serta pengendalian inflasi daerah. "Karena komoditi yang kita kembangkan dalam KPT itu, salah satu adalah cabai merah. Di mana, cabai merupakan penyumbang inflasi tertinggi selama ini," ujarnya.
Petani yang ikut program KPT ini akan mendapat bantuan modal dari PT Bank Sumut Cabang Sidikalang melalui kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga rendah hanya 6 persen per tahun dan dibayar pasca panen dan tidak perlu ada agunan. "Begitu juga dengan hasil panen, dibeli Koperasi Aur Dairi Botanica, sehingga petani wajib menjadi anggota koperasi produsen. Karena offtaker, tidak mau berhubungan langsung dengan petani tetapi lewat harus lewat lembaga atau koperasi dimaksud," kata Eddy Berutu.
Selain itu, ada juga jaminan harga jika harga jual di pasaran turun. Jaminan harga pokok produksi (HPP) plus persen yang memadai untuk margin bagi petani. "Jadi petani dapat harga bawah atau harga atas juga. Karena dikelola koperasi, maka petani akan mendapat sisa hasil usaha (SHU). Jadi, koperasi yang berhubungan dengan offtaker, lembaga perbankan dan lainya guna memenuhi kebutuhan petani di bawah pengawasan/kontrol dari pemerintah" tegasnya.
Eddy menegaskan, program kawasan pertanian terpadu ini akan menggunakan digitalisasi. "Sekarang, yang akan mau kita canangkan untuk lahan seluas 22 hektare untuk tanaman cabai. Paralel, akan kita siapkan tanaman kentang, karena Indofood sudah pesan," katanya.
Eddy mengungkapkan, petani yang ikut program KPT, akan dibukakan kredit oleh Bank Sumut. Untuk komoditi cabai merah, petani akan dapat plafon kredit sebesar Rp100 juta setiap siklus panen per 4 bulan. Petani juga akan dapat kartu koperasi sekaligus menjadi kartu bank. "Saya harapkan, melalui program ini produktivitas naik. Kalau misalnya, produksi jagung kita selama ini hanya 10 ton per hektare, kita harapkan jadi 15-17 ton per hektare," sebutnya.
Produksinya lebih tinggi, lahan sama dan hasilnya lebih banyak dan harga dijamin serta bunga kredit rendah. "Intinya, program ini sebagai roda penggerak utama untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani kita. Harapan saya, ini petani inti. Tetapi ada juga petani yang lebih besar yakni petani plasma. Kita ingin, petani kita yang sekarang belum ikut program ini, akan mau mengikuti sistem yang kita bangun sekarang, Biar mereka ditempat lain tidak apa-apa, nanti Koperasi akan kita dorong untuk menggandeng dan membantu mereka," ujarnya.
Kalau mau belajar, kata Eddy, petani bisa datang ke KPT. Karena disana akan ada sekolah tani. Sehingga semua petani kita bisa datang belajar kesana nantinya. "Program ini akan menguntungkan petani dengan kemudahan mendapatkan permodalan, sarana produksi dan pendampingan maksimal penyuluh pertanian lapangan (PPL)," katanya. (*)
Penulis : KompasTV-Medan
Sumber : Kompas TV