Pasokan Air Tawar Diputus Malam Ini, Warga dan Pengusaha Gili Trawangan Suarakan Penolakan
Peristiwa | 20 September 2022, 00:05 WIBGILI TRAWANGAN, KOMPAS.TV – Sekitar 50-an warga dan pengusaha Gili Trawangan mendatangi kediaman Kepala Dusun (Kadus) Gili Trawangan Muhammad Husni di Dusun Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Senin (19/9/2022) malam. Mereka menolak penutupan PT Berkat Air Laut (BAL) selaku perusahaan penyuplai air tawar di Gili Trawangan dan Gili Meno.
Dalam pertemuan itu, warga menyuarakan aspirasi terkait penghentian pasokan air tawar dari PT BAL. Mereka keberatan dan menolak penghentian pasokan air tawar dari PT BAL yang terkesan sepihak dan mendadak.
“Masyarakat ingin menyampaikan aspirasi terkait dengan, kok tiba-tiba pemberitahuan penutupan air dari PT BAL ini. Masyarakat saat ini maunya jangan ditutup dulu (pasokan air tawarnya). Masyarakat ingin mencari solusi dulu dari PDAM,” tutur Kadus Gili Trawangan Muhammad Husni saat ditemui Kompas.tv di kediamannya, Senin (19/9) malam.
Baca Juga: Pasokan Air Tawar Gili Trawangan Diputus Malam Ini, Penghuni dan Tamu Kalang Kabut
Masyarakat Gili Trawangan sendiri sebagian besar masih keberatan beralih berlangganan air tawar ke perusahaan penyuplai air tawar yang baru, yakni PT Tiara Cipta Nirwana (TCN) yang bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Amerta Dayan Gunung Kabupaten Lombok Utara. Pasalnya, tarif pemasangan meter baru dan tarif air tawar TCN/PDAM dianggap masih mahal.
“Soalnya saat ini masyarakat masih menganggap tarif air dari PT PDAM masih mahal. Biaya pemasangannya juga mahal,” kata Husni merujuk tarif pemasangan instalasi pipa meter air baru yang dibanderol mulai Rp5,3 juta.
Adapun tarif air per meter kubik (m3) yang dipatok TCN/PDAM mulai Rp34.000 untuk kategori sosial seperti masjid atau musala, Rp35.000 untuk kategori rumah tangga, dan Rp37.000 untuk kategori niaga atau bisnis.
Baca Juga: Warga Gili Trawangan Keluhkan Tarif Air PDAM yang Baru: Ya Allah, dari Mana Uang Segitu Banyak?
Sementara, PT BAL yang bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Daerah PT Gerbang NTB Emas (GNE) memberlakukan tarif yang berbeda.
Untuk biaya penyambungan pipa, dikenakan tarif Rp2 juta. Tarif air per m3 untuk kategori sosial yang mencakup masjid dan musala, dikenakan cuma-cuma alias gratis. Tarif untuk kategori rumah tangga dipatok di harga Rp18.000 per m3.
Sementara, untuk kategori bisnis atau komersial yang semula dipatok dengan tarif Rp46.500 dan sempat didiskon pada masa pandemi jadi Rp41.500, sejak Mei 2022 mengalami penyesuaian tarif dan dijual dengan harga Rp37.000 per m3.
Dalam pertemuan itu, masyarakat menyuarakan pernyataan sikap menolak penutupan sementara PT BAL yang dituangkan dalam selembar surat. Dalam surat pernyataan sikap yang ditujukan bagi Direktur PDAM Amerta Dayan Gunung itu, warga meminta penutupan PT BAL ditunda sementara waktu sampai dengan waktu PDAM memberikan solusi terkait dengan kebijakan harga ke masyarakat dan pengusaha.
Warga juga meminta agar harga pemasangan meter baru dan tarif jual air PDAM jadi lebih murah ketimbang harga yang dipatok sekarang.
Terkait apakah pemutusan air tawar dari PT BAL pada malam ini bisa ditunda atau dibatalkan, Husni mengaku belum mengetahui info selanjutnya.
“Kita belum ada info dari pihak Kabupaten (Lombok Utara), tapi mereka berupaya melobi ke Provinsi (NTB), karena ini kebijakan dari provinsi,” ujarnya.
“Kita semua ingin secepatnya ada solusi, lebih-lebih terkait dengan harga jual air dari PDAM,” pungkasnya.
Baca Juga: Gubernur Zulkieflimansyah Akui Gili Trawangan Lebih Terkenal ketimbang NTB
Sebelumnya pada Senin (19/9) petang, beredar kabar bahwa pasokan air tawar dari PT BAL bakal diputus pada Senin malam per pukul 23.45 WITA. Warga diminta untuk melakukan penampungan air hingga pasokan air ditutup.
Adapun pemutusan pasokan air tawar itu berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Provinsi NTB Nomor 503/127/03/DPMPTSP/2022.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV