> >

Lulus ITB dengan IPK 3,99, Ini Motivasi dan Strategi Michael Agung Memaksimalkan Waktu

Peristiwa | 3 Agustus 2022, 15:24 WIB
Michael Agung Nugroho, mahasiswa dari Program Studi Teknik Dirgantara (FTMD) angkatan 2018, berhasil meraih predikat Wisudawan Juli ITB 2022 dengan IPK tertinggi, yakni 3,99 dari 4,00, Senin (1/8/2022). (Sumber: itb.ac.id)

BANDUNG, KOMPAS.TV - Pada Wisuda Ketiga Institut Teknologi Bandung (ITB) Tahun Akademik 2021/2022, seorang mahasiswa dari Program Studi Teknik Dirgantara angkatan 2018, Michael Agung Nugroho berhasil meraih predikat Wisudawan Juli ITB 2022 dengan IPK tertinggi, yakni 3,99 dari 4,00.

Laki-laki yang akrab disapa Agung itu cukup banyak menghabiskan waktu di UKM Catur Percama ITB semasa kuliah.

Agung yang mengaku sebagai seorang introvert itu gemar bermain catur karena ia merasa bisa mengasah pikirannya sembari membangun hubungan dekat dengan teman-teman. 

Selain itu, Agung juga merupakan anggota Aksantara ITB. Pada tingkat 3, Agung dan tim sempat berpartisipasi dalam lomba Kontes Robot Terbang Indonesia pada divisi vertical take off landing (VITOL) dan berhasil merakit robot UAV yang mampu diterbangkan secara otomatis, kendati belum berhasil menjadi juara.

Baca Juga: Start Up Binaan ITB, Karla Bionics Ciptakan Tangan Palsu Prostetik untuk Bantu Aktivitas Tunadaksa

Motivasi belajar ala Agung

Lulusan SMA Kolese Loyola Semarang ini mendapatkan indeks yang hanya berjarak 0,01 dari kesempurnaan tersebut melalui strategi yang cerdik. 

Umumnya, komponen utama indeks kuliah mencakup UTS, UAS, dan tugas besar. Ia fokus mengupayakan nilai tinggi di UTS sehingga tidak perlu chaos saat akhir semester, karena biasanya pengumpulan tugas besar bersamaan dengan UAS.

Pada semester 2 dan 7, ia mendapatkan 1 indeks AB. Meski sedih, hal tersebut tak mengurangi tekanan dirinya untuk mendapat nilai sempurna di setiap semester. Ia juga termotivasi untuk menjaga dan meningkatkan nilai tersebut. 

“Dapat IP berapa pun harus disyukuri asalkan kita tau kita sudah mengusahakan yang terbaik,” kata Agung, Senin (1/8/2022) dilansir dari laman resmi ITB.

Program Studi Teknik Dirgantara membagi tugas akhir (TA) menjadi dua tahap. Agung menjalani TA tahap kedua sambil bekerja. Uniknya, bukannya mendistraksi, ia justru menilai pekerjaan yang dilakoninya memotivasinya untuk menyelesaikan TA dengan baik.

"Prinsipku, kalau kita mengambil keputusan pasti ada risikonya. Aku ambil keputusan (menyelesaikan TA) sambil kerja. Kalau mau ambil keputusan harus matang dan kalau sudah diambil harus dijalankan sampai selesai,” jelas Agung.

Menurut Agung, tujuan utama belajar adalah ilmu, bukan IP. Namun, ia menilai IP sebagai bukti dari pemahaman akan ilmu yang dipelajari dan sebagai bentuk usaha membanggakan orang tua.

"Karena, jujur aja, IP tinggi aku bangga, tapi aku yakin orang tua yang akan lebih bangga," terangnya.

Agung juga mengaku, pelajaran pertama yang dia dapatkan dari masa kuliah ialah tidak boleh menilai orang dari sampulnya. Apalagi, kata dia, mahasiswa ITB sangat beragam. 

Terkadang, sadar maupun tidak, Agung mengungkapkan, terdapat stigma yang muncul. Namun, ia tidak menjadikan stigma tersebut sebagai penilaian. 

Baca Juga: Inspiratif, Kisah Anak Petani Gunungkidul Kuliah Gratis di UGM Lewat Jalur SNMPTN

Pelajaran kedua, kata dia, adalah bersyukur dan tidak membanding-bandingkan. 

"Syukuri di mana pun kita berada, tidak perlu terdistraksi dengan pencapaian orang lain, tidak juga tinggi hati," jelasnya.

Selain strategi yang cerdik serta rasa tanggung jawab pada orang tua, Agung juga mengingatkan akan pentingnya menjadi adaptif dan memiliki niat yang benar. Ia mengaku memiliki kutipan atau nilai yang dia pegang dalam hidupnya.

“Kita hidup harus cerdik seperti ular, tulus seperti merpati,” ucapnya. 

Cerdik seperti ular, kata Agung, berarti tahu harus berbuat apa dan kapan. Sedangkan tulus seperti merpati artinya melakukan sesuatu harus dengan motivasi yang benar. 

"Kalau kita belajar keras-keras nilai jelek tidak apa-apa karena motivasinya mendapat ilmu. Jadi, jadilah cerdik dengan motivasi yang benar,” pungkasnya.

Baca Juga: Perkuliahan di SBM ITB Terhenti, Apa Sikap Kemendikbudristek?

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU