Belajar Bikin Wayang Rumput di Jalanan Yogyakarta
Budaya | 28 Maret 2022, 19:18 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Pencinta wayang di Yogyakarta yang tergabung dalam Komunitas Wayang Merdeka membuat gebrakan dengan memperkenalkan cara membuat wayang suket di jalanan.
Seperti yang dilakukan sekelompok orang di kawasan pedestrian Titik Nol Kilometer Yogyakarta pada Minggu (27/3/2022) pagi.
Cara membuat wayang rumput atau wayang suket diperkenalkan di depan umum. Siapa saja yang melintas boleh bergabung.
Tak terkecuali, Zaki Muhammad Almasis, pelancong dari Pemalang, Jawa Tengah yang berhenti dan bergabung dengan sekelompok orang yang berkumpul membuat wayang suket.
Untuk pemula, butuh waktu sekitar 30 menit sampai satu jam untuk menghasilkan sebuah wayang dari rumput mendong. Sementara, mereka yang mahir hanya butuh lima menit untuk menghasilkan wayang sederhana.
Baca Juga: Alasan Kemenag Rancang Logo Halal Baru Berbentuk Wayang: Unik hingga Representasikan Indonesia
Rumput mendong bisa dibeli di Pasar Beringharjo Yogyakarta, tepatnya di lantai tiga. Harga satu ikat rumput mendong hanya Rp15.000.
Seikat rumput mendong bisa menghasilkan 100 wayang suket. Artinya, untuk membuat wayang suket cukup bermodalkan Rp150.
Jantan Putra Bangsa adalah salah satu seniman yang mengajar cara membuat wayang suket di jalanan. Dengan telaten, ia mengajari para peserta cara membuat wayang suket.
Dimulai dari cara menggenggam yang sebenarnya hanya satu metode saja, yakni seperti menganyam pinggir tikar. Silang-menyilang untuk membentuk karakter.
Ada dua karakter dasar yang diajarkan, yakni karakter laki-laki dan perempuan. Perbedaan kedua karakter itu terletak pada bentuk dada karakter perempuan lebih menonjol karena menyimbolkan payudara.
“Perlahan-lahan saja, nanti kalau sudah ketemu polanya akan mudah dan mengikuti pola saja,” ujar Jantan.
Zaki merespons cara yang diajarkan Jantan. Ia tidak menampik, semula sulit mengikuti pola karena belum memahami teknik menganyam. Namun usahanya tidak sia-sia, ia berhasil menyelesaikan satu wayang suket.
Sekalipun membuat wayang dari mendong ini menjadi pengalaman pertamanya, Zaki mengaku menyenangi wayang setelah menonton tayangan Youtube pertunjukan dalang Ki Seno Nugroho.
Ia yang semula kesulitan memahami dunia wayang, menjadi sedikit paham dan semakin tertarik dengan dunia ini.
Pegiat budaya Jawa dan pemerhati wayang di Yogyakarta, Hangno Hartono, ikut memberi pelatihan pembuatan wayang kulit. Menurut Hangno, kegiatan ini menjadi strategi untuk memperkenalkan wayang kepada generasi milenial.
Ia beralasan, wayang kontemporer yang terbuat dari berbagai material, mulai dari rumput mendong, plastik, dan sebagainya bisa menjadi daya tarik ketimbang pakem wayang klasik. Daya Tarik tidak hanya soal proses pembuatannya, wayang kontemporer juga lebih atraktif dari segi pementasan.
Baca Juga: Wayang Dari Limbah Kayu Tembus Pasar Ekspor 11 Negara
“Wayang kontemporer menjadi jembatan bagi wayang klasik dan generasi milenial. Dari sini kreasi-kreasi akan lahir sehingga kesenian serta nilai-nilai luhur dari berbagai cerita pewayangan tetap akan lestari,” kata pemilik Omah Budaya Kahangnan di Krebet Bantul ini sekaligus Direktur Lembaga Cahaya Nusantara (Yantra).
Ia menilai wayang bisa menjadi inspirasi dalam berkarya yang hasilnya tergantung dari proses seniman berkreasi. Ide-ide di dalam pewayangan menarik untuk diaplikasikan di dunia kreatif karena sarat filosofi yang mendalam.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV