> >

Sosok Pria Asal Sragen Penyelamat Buaya Terlilit Ban di Palu, Dibandingkan dengan Panji Petualang

Peristiwa | 8 Februari 2022, 08:20 WIB
Gili (34), pria asal Sragen, Jawa Tenagh, berhasil mengevakuasi dan melepas ban yang terlilit di leher buaya. (Sumber: Kompastv/Ant)

PALU, KOMPAS.TV - Nama Gili (34), sering disapa Mas Gili, pria asal Sragen Jawa Tengah, berhasil menyelamatkan buaya yang terlilit ban motor sejak 2016 di Palu.

Buaya berkalung ban ditangkap Mas Gili di bantaran Sungai Palu, sekitar jembatan 2, Jl I Ngurah Rai, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (7/2/2022).

Mas Gili ternyata sudah tiga pekan berniat menangkap buaya berkalung ban itu.

Setiap sore, dia memasang umpan yang terikat tali ke sungai sekitar.

Ujung tali lainnya diikat pada batang kayu besar yang ada di sekitar sungai untuk memudahkannya menarik buaya saat memakan umpan itu.

"Kadang umpannya merpati, kadang ayam," kata Mas Gili sambil memegang ban yang dilepas dari buaya yang dikutip dari Tribunpalu.

Petang tadi, Mas Gili memasang umpannya dan berhasil menangkap buaya.

Dia tak sendiri, warga setempat yang menonton aksi Mas Gili turut membantu.

"Saya memang mau menangkapnya karena kasihan. Buaya itu terlilit ban selama bertahun-tahun," ucap Mas Gili.

Saat buaya ditarik ke darat, Mas Gili pun dengan sigap mengikat buaya itu.

"Sempat lepas dua kali dari umpan, nanti setelah magrib baru berhasil," ucap Mas Gili. 

Warga sekitar bahkan menyebut Mas Gili lebih hebat daripada Panji Petualang karena berhasil melepas ban yang melilit buaya sepanjang 4 meter.

Baca Juga: Detik-detik Seorang Pria Selamatkan Buaya yang Terlilit Ban di Palu

Perbandingan warga tersebut ada karena sebelumnya Panji Petualang bersama timnya pernah mencoba menyelamatkan buaya berkalong ban itu. Tapi gagal.

Bersama timnya, Panji mendatangi Palu pada 2018 untuk menyelamatkan buaya terlilit ban itu.

Namun, Panji masih kesulitan menentukan cara menangkap buaya.  

"Kita bisa saja pakai pancing dengan menggunakan umpan daging, cuma posisinya kalau pakai kail takutnya mulut buaya bisa terluka. Atau bisa juga saya berenang sampai onggokan pasir dimana buaya berkalung ban itu berjemur, kemudian kita jerat pake tali, cuma memang resikonya besar," katanya dikutip Kompas.com, 21 Januari 2018. 

Selain itu, di tempat yang sama, Panji melihat ada buaya lain. 

"Karena selain arusnya deras, saya juga berpikir karena ada satu buaya lagi yang besarnya sama, juga sedang berjemur. Jangan sampai saya nantinya yang diselamatkan,” sebutnya.

Baca Juga: Setelah Bertahun-tahun, Ban Bekas yang Melilit Leher Buaya di Sungai Palu Berhasil Dilepaskan!

Tak hanya Panji Petualang, BKSDA pernah membentuk satgas untuk menangkap buaya tersebut. 

Bahkan, pada awal Februari 2020, BKSDA Sulteng memanggil dua ahli satwa asal Australia, Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson. 

Matt adalah pengisi acara dalam salah satu program di National Geographic

Matt dikenal berpengalaman dalam pemindahan satwa liar yang masuk ke kawasan permukiman. Matt juga disebut sudah menangkap puluhan buaya.

Untuk menangkap buaya berkalung ban, Matt Wright dan rekannya, Chris Wilson, membuat perangkap ukuran panjang 4 meter, lebar 1,2 meter, dan tinggi 1 meter. 

Jebakan tersebut dipasang di Jembatan 2, Jalan Gusti Ngurah Rai, Palu, dengan menggunakan umpan satu ekor bebek hidup. 

"Saya berharap trap ini bisa berhasil berdasarkan pengalaman kami di lapangan. Sudah banyak buaya yang kami tangkap dengan menggunakan trap atau jebakan ini," bebernya, 11 Februari 2020. 

Selain cara di atas, upaya lainnya yakni menerbangkan umpan memakai drone. 

Hingga berakhirnya operasi satgas penyelamatan satwa liar tahap 1 ini, upaya Matt dan tim satgas belum membuahkan hasil.

Baca Juga: Buaya Berkalung Ban di Palu Akhirnya Berhasil Dievakuasi

Penulis : Hedi Basri Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/Kompas.com/Tribunnews


TERBARU