> >

Defile Bregada Jadi Simbol Peringatan 76 Tahun Kepindahan Ibu Kota RI ke Yogyakarta

Berita daerah | 2 Januari 2022, 15:06 WIB
Bakal ada defile untuk menyongsong 76 tahun Yogyakarta Ibukota RI, Senin (3/1/2022). (Sumber: istimewa)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Bakal ada defile untuk menyongsong 76 tahun Yogyakarta Ibukota RI, Senin (3/1/2022). Parade atau defile yang diinisiasi Sekber Keistimewaan DIY bersama Paguyuban Bregada Rakyat DIY akan dimulai pukul 19.00 WIB dari halaman Stasiun Tugu sisi timur.

Rute defile ini akan melewati Jalan Malioboro dan berakhir di depan Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Sejumlah bregada terlibat dalam defile ini, seperti Bregada Puroloyo Imogiri Bantul, Bregada Panji Parentah DIY, Bregada Nitimanggala Gedongkiwo dan arak-arakan bendera Merah Putih dan dwaja Paguyuban Bregada Rakyat DIY. 

“Defile ini digelar untuk mengajak masyarakat mengingat peristiwa 76 silam saat rombongan pemimpin RI secara rahasia memindahkan ibukota RI dari Jakarta ke Yogyakarta,” ujar Widihasto Wasana Putra, Ketua Sekber Keistimewaan DIY, dalam siaran pers, Minggu (2/1/2022).

Baca Juga: SAR Yogyakarta Bentuk Empat Tim untuk Siaga Natal dan Tahun Baru

Ada dua makna penting dari pergelaran berupa defile bregada ini. Pertama, aksi panggilan merespons amanat yang disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan HB X pada 4 Januari 2012 di Kagungan Dalem Pagelaran Keraton Yogyakarta yang mewajibkan semua lapisan masyarakat setiap tanggal 4 Januari memperingati peristiwa Yogyakarta Ibu Kota Republik sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kedua, menggarisbawahi keistimewaan DIY melalui peran Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman dalam menopang eksistensi RI.

“Spirit menjaga NKRI berdasar Pancasila dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika diharapkan terus terpelihara dari Yogyakarta untuk Indonesia baik di masa lalu, sekarang dan di masa-masa mendatang,” ucap Widihasto.

Seperti yang diketahui, Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta keluarga dan para menteri menggunakan kereta api dan tiba dengan selamat di stasiun Tugu Yogyakarta pada 4 Januari 1946 pagi. Ibu kota terpaksa dipindah karena situasi Jakarta yang tidak aman.

Ketika itu, terjadi sejumlah percobaan penculikan dan pembunuhan terhadap pemimpin negara oleh tentara NICA yang tak ingin bangsa Indonesia merdeka. 

Dalam situasi tak menentu itu Sri Sultan HB IX menawarkan kepada Presiden Soekarno agar ibukota dipindah ke Yogyakarta. Tawaran ini disambut baik Presiden.

Segera lah disusun rencana kepindahan secara rahasia. Perjalanan kereta api dari Jakarta ke Yogyakarta dilakukan secara diam-diam.

Bung Karno dan keluarga menaiki kereta dari halaman belakang rumah Jl. Pegangsaan Timur (sekarang museum Proklamasi) menggunakan rangkaian kereta yang seluruh lampu-lampu gerbong dimatikan untuk menghindari kecurigaan patroli tentara NICA.

Setibanya di Yogyakarta, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta sempat tinggal sekitar tujuh pekan di gedung Parangkarso Kompleks Puro Pakualaman sebelum berkantor di Istana Gedung Agung. 

Baca Juga: Seorang Perempuan Muda di Yogyakarta Menyamar Jadi PNS Keruk Rp 370 Juta dari Pacar

Kepindahan ibukota RI ke Yogyakarta pada 4 Januari tersebut lalu dipakai sebagai hari lahir Pasukan Pengamanan Presiden (Paspamres). 

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU