Peringatkan Sumur Air Tanah Berpotensi Bikin Pantura Tenggelam, Peneliti: Ganti dengan Pipa PDAM
Sosial | 7 Agustus 2021, 18:48 WIBSEMARANG, KOMPAS.TV - Permodelan tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) menyimpulkan eksploitasi air tanah lewat sumur bor adalah penyebab utama tanah di pantai Utara Jawa (Pantura) turun sehingga terancam tenggelam oleh air laut.
Hal ini diungkapkan peneliti Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas pada awak media. Dirinya dan tim peneliti ITB telah mempelajari masalah penurunan tanah di Indonesia sejak 1997.
Dari penelitian itu, timnya menyimpulkan bahwa 112 kabupaten/kota berpotensi mengalami banjir rob yang meluas.
Untuk saat ini, banjir rob paling parah melanda daerah Pantura, utamanya Semarang, Pekalongan, dan Demak.
Baca Juga: ITB: 112 Kabupaten/Kota di Indonesia Berpotensi Tenggelam
“(Banjir rob) itu perlahan-lahan makin luas. Dan kita temukan Semarang, Pekalongan, Demak yang sekarang paling mengkhawatirkan,” ungkapnya.
Heri menjelaskan, banjir rob bisa terjadi karena permukaan tanah turun hingga posisinya lebih rendah dari permukaan laut.
“Penurunan tanah) di Pekalongan, Semarang, Demak sekarang sampai 15-20 cm/tahun. Mirip kasus di Jakarta tahun 2007-2011,” jelas Heri.
Lalu, apa penyebab penurunan tanah ini?
Menurut Heri, ada beberapa penyebab penurunan air tanah yang memunculkan ancaman banjir rob dan tenggelam.
Pertama, eksploitasi atau penggunaan berlebihan air tanah lewat sumur bor yang kerap dilakukan masyarakat di pulau Jawa.
“Kalau kita melakukan eksploitasi air tanah, itu juga ada kompaksi di akuifer. Sehingga, tanah di atasnya turun,” ujar Heri.
Lalu, karakteristik tanah wilayah Pantura dan pembangunan juga menyebabkan penurunan tanah.
“Beban dari insfrastruktur dan urukan ketika membebani tanah lunak, itu akan menambah turun juga 1-2 cm, terutama urukan,” terang Heri.
Baca Juga: Pantura Jateng Berpotensi Tenggelam 10 Tahun Lagi, Ganjar: Tata Ruang Harus Dikendalikan
"Kemudian, kompaksi tanah alamiahnya. Satu Pantura semua mirip (menyebabkan penurunan tanah) 1-2 cm,” imbuhnya.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV