Kisah Orang Rimba Ketakutan Kubur Uang Rp1,5 Miliar Dalam Tanah Usai Ditolak Bank
Sosial | 26 Juni 2021, 10:03 WIBSAROLANGUN, KOMPAS.TV - Seorang warga Suku Anak Dalam atau Orang Rimba bernama Haji Jaelani menceritakan kisahnya beradaptasi dengan kehidupan di luar hutan.
Ia mengaku pernah memiliki uang tunai Rp1,5 miliar yang terpaksa disimpan di dalam tanah.
Melansir Kompas.com, Haji Jaelani dulu bernama Tarip. Dulu ia tinggal di tengah hutan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) dengan mengandalkan kebun sawit dan karet miliknya dengan luas belasan hektare.
Setiap menjual hasil panen sawit dan karet, ia menyimpan uangnya dalam kantong plastik berwarna hitam dan menguburnya dalam tanah di hutan taman nasional itu.
Baca Juga: Hendak Digusur Korporat Sawit, Masyarakat Adat Papua Lancarkan Protes
Haji Jaelani menandai tempat menyimpan uang itu dengan membangun sudong atau pondok sementara tempat tinggal bagi Orang Rimba.
Selama 2,5 tahun, ia menyimpan uang itu hingga bertemu dengan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) yang mengenalkannya dengan bank.
Ia pun membongkar kuburan berisi uang miliknya dan membawa seluruh hartanya ke bank di Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi.
Namun, alangkah terkejutnya Haji Jaelani malah ditolak pihak bank karena tidak punya dokumen kependudukan.
“Saya tidak punya Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan alamat rumah saya hutan. Maka, saya disuruh orang bank membawa uang itu pulang,” tutur Jaelani di Desa Air Panas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi.
Laki-laki peraih penghargaan Kalpataru 2006 itu pun mesti pulang ke hutan membawa seluruh uang tunai itu.
Ia kembali menguburkan uang-uang itu.
Akan tetapi, saat itu ia ketakutan karena kabar soal dirinya memiliki banyak uang tersebar hingga ke orang-orang yang tinggal di kampung transmigrasi dekat hutan Bukit Duabelas.
Ia pun tidur tak lelap karena hal itu. Ketika tawaran datang, Haji Jaelani langsung menghabiskan separuh uangnya untuk membeli kebun sawit.
Laki-laki yang baru memeluk agama Islam itu belakangan juga pindah ke kampung transmigrasi dan membangun rumah di sana untuk berbaur.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV