> >

Petani Sawah di Gorontalo Derita Gatal-Gatal, Akibat Air Tercemar dari Aktivitas Penambangan Ilegal?

Berita daerah | 3 Juni 2021, 20:23 WIB
Air menggenang di galian tambang emas tanpa izin di kawasan Cagar Alam Panua, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, Oktober 2020. (Sumber: Kompas.id/DOKUMEN AMSURYA WARMAN AMSA)

POHUWATO, KOMPAS.TV – Petani di Kecamatan Buntulia dan Duhiadaa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo melaporkan menderita gatal-gatal selama beberapa pekan terakhir usai bertani. 

Gatal-gatal itu diduga karena air yang tercemar aktivitas penambangan emas masuk ke sawah mereka.

Hal itu didasarkan pada adanya aktivitas penambangan emas tanpa izin di wilayah Gunung Pani, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.

Hal itulah yang ditakutkan berdampak terhadap kesehatan masyarakat.

Melansir dari laman Kompas.id, salah satu petani di Desa Buntulia Utara, Arlan Latif (35), mengalami gatal-gatal di kaki setelah turun ke sawahnya kira-kira dua pekan lalu setelah Lebaran.

Tampak bintul-bintul kecil di kakinya.

Seperti beberapa petani lainnya, kakinya pun luka setelah digaruk-garuk akibat gatal tak tertahankan.

”Sudah banyak yang mengalami gatal-gatal di dua kecamatan, bisa jadi ratusan orang. Baru-baru ini cuma hitungan jari, tetapi saya dan teman-teman petani lain juga sudah mengalami itu sejak musim tanam lalu, Oktober dan November (2020),” kata Arlan, Kamis (3/6/2021).

Air yang menggenang di sawah para petani tersebut berasal dari anak sungai cabang Sungai Marisa.

Dia memperkirakan, luasan sawah yang tercemar air penyebab gatal di Buntulia 100-200 hektar dari total 305 hektar sawah di kecamatan itu.

Baca Juga: Terjadi Longsor Tambang Emas di Solok Selatan Sumbar, 7 Tewas

Namun, hal itu tidak membuat petani berhenti turun ke sawah.

Untuk itu, menurut Arlan, para petani di desanya menyiasati dengan mengoleskan solar di kaki sebelum bertani.

Sifat solar yang berminyak disebut bisa mencegah gatal-gatal itu kambuh lagi setelah petani turun ke sawah.

”Saya tidak tahu kenapa teman-teman petani pakai solar. Ya, namanya petani, mau cari makan di mana kalau bukan dari sawah. Kalau tidak kerja, ya, tidak makan. Jadi, kami tetap turun, apa pun risikonya,” kata Arlan.

Sementara ini, para petani memiliki beberapa dugaan penyebab gatal-gatal itu.

Di antaranya yaitu, kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI) di Gunung Pani.

Ada dugaan para penambang membiarkan limbah pengolahan mengalir ke sungai yang kemudian mengairi sawah di Buntulia dan Duhiadaa.

Dugaan lainnya, menurut Arlan, petambang juga mungkin membuang ubi hutan yang dikenal sebagai bitule ke sungai.

Ubi itu beracun dan menyebabkan gatal-gatal.

“Kemungkinan lain bisa jadi karena kotoran itik,” katanya.

Namun demikian, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pohuwato Irfan Saleh mengatakan, para petani dengan keluhan serupa telah diminta untuk berobat ke puskesmas terdekat, tetapi belum ada petani yang datang.

Dinas kesehatan pun akan mengirimkan dokter ke desa untuk memeriksa penyakit tersebut.

Karena itu pula, sampai sekarang belum diketahui penyakit apa yang diderita para petani.

Namun, Irfan belum mengimbau mereka untuk tidak turun ke sawah untuk sementara atau mengajukan alternatif lain.

Baca Juga: Bang Sampah, Ajak Warga Setorkan Sampah Berhadiah Emas

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU





A PHP Error was encountered

Severity: Core Warning

Message: PHP Startup: Unable to load dynamic library 'newrelic.so' (tried: /usr/lib64/php/modules/newrelic.so (/usr/lib64/php/modules/newrelic.so: cannot open shared object file: No such file or directory), /usr/lib64/php/modules/newrelic.so.so (/usr/lib64/php/modules/newrelic.so.so: cannot open shared object file: No such file or directory))

Filename: Unknown

Line Number: 0

Backtrace: