Raup Rp3 Miliar dalam Waktu Kurang dari 2 Tahun dengan Budidaya Tanaman Porang, Begini Caranya
Berita daerah | 8 April 2021, 19:22 WIBMEDAN, KOMPAS.TV - Tanaman porang kini sedang naik daun lantaran disebut memiliki potensi ekonomi yang tinggi dan bisa membuat petaninya mendapat keuntungan hingga Rp3 miliar dalam waktu kurang dari dua tahun.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh petani dan pakar porang dari Porang Sleman Boy, Idris Tampubolon.
Dalam Forum Diskusi Porang yang digelar di Patumbak, Deli Serdang, Idris mengatakan bahwa Sumatera Utara memiliki potensi yang besar untuk membudidayakan tanaman umbi-umbian ini.
"Sumur ini sangat potensial. Lahan luas, istilahnya pemodal di sini banyak. Kekurangannya hanya ilmu pengetahuan budidaya porang," ujar pria kelahiran Kisaran, Sumatera Utara, yang besar di Samarinda, Kalimantan Timur ini.
Baca Juga: Lebih Menguntungkan, Petani Budidaya Porang
Soal potensi ekonomi, Idris menjelaskan, dengan modal Rp360 juta, petani porang bisa menghasilkan Rp3 miliar keuntungan bersih dalam dua musim.
"Saya sudah teliti itu di Sleman sampai tiga tahun. Dan pola itulah yang saya bawa ke Sumut ini. Dengan lahan satu hektar, katakanlah modal Rp360 juta, bisa hasilkan Rp3 miliar keuntungan bersih di dalan dua musim (18 bulan)," jelasnya.
Lantas bagaimana caranya? Berikut penjelasan Idris, dilansir dari Kompas.com, Kamis (8/4/2021).
Dalam satu hektar tanah untuk budidaya porang, dibutuhkan:
- Biaya pengolahan lahan sekitar Rp72,6 juta,
- Biaya pemupukan dan perawatan Rp45,6 juta,
- Biaya bibit dan upah tanaman Rp163 juta,
- Biaya panen Rp28 juta, dan
- Biaya tenaga kerja Rp48 juta.
Jadi, modal untuk budidaya hingga panen ini sekitar Rp360 juta.
Baca Juga: Sukses Dibudidaya Di Sidrap, Porang Jadi Magnet Pertanian Sulsel
Idris mengatakan, keuntungan pada musim pertama bisa mencapai Rp300 juta, sementara untuk musim keduanya naik menjadi Rp960 juta.
Selain itu, hasil umbi basah untuk dua musim bisa mencapai Rp2 miliar, sehingga total pendapatan kotor Rp3,34 miliar dan pendapatan bersihnya sebesar Rp2,98 miliar.
Dalam satu hektar, kata Idris, penanaman porang dilakukan dengan pola Porang Sleman Boy, yakni dengan menggunakan teknik penanaman modern dan akal sehat ilmu pertanian.
Dari lahan tersebut bisa menghasilkan 208 ton unbi dan 3,5 ton katak.
Menurut Idris, menanam porang tidak perlu melakukan penebangan liar karena tidak membutuhkan lahan yang luas seperti sawit.
Baca Juga: Bernilai Ekonomis, Dp Canangkan Tanaman Porang Di Lorong
Meski terlihat menggiurkan, Idris menegaskan bahwa untuk berhasil menanam porang, ada beberapa catatan yang harus diperhatikan.
"Jangan pernah membeli bibit karena harganya murah, beli bibit yang bermutu. Maka, dua hingga tiga tahun ke depan, saya yakin Sumut dengan memakai pola kita akan bisa mendekati bahkan mengimbangi produksi Jawa Timur atau Jawa Tengah, karena kita punya hamparan luas," paparnya.
Pasar Porang
Pemilik Porang Sumatera Boy, Edy Efendi, mengatakan ada 13 negara yang sedang menunggu produksi porang. Di Sumut sendiri kini telah ada 300-an hektar lahan untuk budidaya porang.
Menurut Edy, tanaman porang sudah menjadi kebutuhan Internasional dan sudah mencapai negara Jepang, Korea, China, bahkan Eropa, Amerika, dan Australia.
Baca Juga: Musrembang RJPMD Sulsel, Gubernur Sulsel Apresiasi Syahar Petani Porang Berprestasi
Pihak Edy mengaku sudah berkeliling Pulau Jawa untuk melihat penanaman porang hingga menemukan Porang Sleman Boy yang menurutnya memiliki pola penanaman porang yang unik karena bekerja sama dengan peneliti.
"Penelitian porang ini paling banyak di UGM. Jadi yang dikembangkan Pak Idris ini di-support oleh para peneliti, dan setelah itu hasil dari pengembangannya sangat signifikan sehingga menjanjikan," terang Edy.
Menurutnya, budidaya porang ini bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Untuk petani profesional, dengan modal Rp12 juta dan lahan 400 persegi, tanaman porang bisa menghasikkab Rp120 juta. Sementara untuk petani pemula bisa menghasilkan Rp40 - Rp50 juta.
Baca Juga: Berawal Dari Hobi, Budidaya Bonsai Mampu Raup Keuntungan Sampai Jutaan Rupiah!
Bibit
Hingga saat ini, ketersediaan bibit porang di Sumut masih harus didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Edy menjelaskan, di dua provinsi tersebut, lahan penanaman porang sudah mencapai ribuan hektar, sementara di Sumut masih sekitar 300-an hektar. Sumur sendiri akan memiliki ketersediaan bibit porang dalan 3-4 tahun mendatang.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV