Penampakan Rumah Baru Nan Mewah Milik Miliarder Mendadak di Tuban
Peristiwa | 22 Februari 2021, 09:41 WIBHal itu dikarenakan relokasi yang dijanjikan oleh Pertamina tak kunjung jelas, sehingga keputusan relokasi mandiri itu diambil bersama warga lainnya.
Di sisi lain, warga juga tidak mau jika relokasi yang ditawarkan Pertamina di luar Desa Wadung.
Baca Juga: Mirip di Tuban, Warga Satu Desa di Kuningan Kaya Mendadak dari Proyek Waduk
"Tidak jelas relokasi yang ditawarkan Pertamina, makanya kami relokasi mandiri. Tidak masalah, lebih baik begini karena kami tidak ingin keluar dari Desa Wadung," tuturnya.
Seperti diketahui, kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektar.
Rinciannya, lahan warga 384 hektar di Desa Sumurgeneng, Kaliuntu dan Wadung, KLHK 328 hektar dan Perhutani 109 hektar.
Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026. Kilang ini ditargetkan mampu produksi 300 ribu barel per hari.
Baca Juga: Jika Kaya Mendadak seperti Warga di Tuban, Bagaimana Cara Kelola Finansial dengan Baik?
Adapun lahan warga yang terdampak pembangun kilang minyak tersebut dihargai apraisal senilai Rp 600 sampai Rp 800 ribu per meter karena menyesuaikan lokasi.
Namun demikian, tak semua warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, mendapat durian runtuh dari hasil jual tanah kepada Pertamina.
Salah satunya dirasakan Tarsimah (65), warga Dusun Sumurgeneng. Ia hanya bisa mendengar suara riuh dari para tetangganya yang menjual lahannya untuk proyek kilang minyak grass root refinery (GRR), patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia.
Ia mengaku tak punya lahan untuk dijual ke perusahaan plat merah, hingga dia hanya menyaksikan keriuhan di kampungnya saat orang ramai-ramai beli mobil.
Baca Juga: Sedih Lihat Para Miliarder Tuban Borong Mobil, Pertamina Rosneft Turun Tangan
Bahkan jangankan tanah, untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja ia harus bertahan dengan bantuan dari pemerintah.
Di dinding depan rumahnya, tertempel pamflet penerima bantuan pangan non tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
"Tidak punya tanah, ya hanya rumah ini. Saya dan suami sudah tidak kerja, dapat bantuan dari pemerintah," ujarnya.
Di rumah ia tinggal bersama Parman (70) suaminya, yang kini mengalami sakit tidak bisa jalan. Kondisi itu membuatnya harus tetap bertahan dengan segala keterbatasan.
Ia juga bercerita saat ini kedua anaknya sudah tidak tinggal serumah, melainkan telah berkeluarga. Ada yang tinggal di luar kota.
Baca Juga: Warga Tuban Borong Mobil, Aparat TNI & Polri Jadi Siaga 24 Jam
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV