Belajar Mitigasi Erupsi Merapi dari Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Berita daerah | 30 November 2020, 15:40 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Aktivitas yang menunjukkan indikasi erupsi Merapi akhir-akhir ini membuat banyak pihak gencar melakukan persiapan. Menurut Kepala Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM Agung Harijoko sejarah erupsi Merapi tidak boleh diabaikan untuk mengetahui upaya mitigasi yang tepat.
Ia mengatakan berdasarkan sejarah erupsi Merapi, gunung ini pernah erupsi eksplosif dengan tipe sub plinian sampai plinian. Erupsi besar terjadi pada 2010 dan 1872.
“Jangka pengulangannya sekitar 100 tahun,” ujarnya dalam Webinar UGM-Kagama bertajuk “Erupsi Merapi, Apa yang Bisa Dilakukan”, Minggu (29/11/2020).
Baca Juga: Prediksi Erupsi Merapi Pasca Penetapan Status Siaga
Ia bercerita berdasarkan pengalaman Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-8 dan ke-9, erupsi Merapi membuat mereka tidak mampu menyelamatkan infrastruktur. Akibatnya, bangunan candi pun sebagian tertutup oleh material bekas erupsi Merapi.
Penduduk kala itu pun memilih untuk mengungsi ke daerah Jawa Timur untuk menyelematkan diri. Oleh karena itu, berkaca pada pengalaman masa lalu, Agung menilai perencanaan pembangunan saat ini perlu memperhatikan aspek kebencanaan dengan memahami sejarah erupsi Merapi dan daerah mana saja yang terancam dampak erupsi Merapi.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida memprediksi erupsi Merapi kali ini tidak sebesar pada erupsi 2010.
Ia juga mengimbau masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Merapi untuk tetap siaga dan memperhatikan arahan dari pemerintah setempat agar tidak terjadi korban jiwa jika erupsi Merapi terjadi.
Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan ketangguhan dan ketahanan masyarakat di sekitar Merapi sudah sangat baik. Meskipun demikian, pendampingan dan dukungan tetap dilakukan.
Baca Juga: Jurus Warga Sleman Antisipasi Banjir Lahar Hujan Akibat Erupsi Merapi
“Kami sudah menyiapkan daftar logistik dan peralatan, termasuk pendaan dan membantu kesiapan rumah sakit dan puskesmas jika erupsi Merapi terjadi dan mengusahakan tidak ada korban saat erupsi,” ucapnya.
Penulis : Switzy-Sabandar
Sumber : Kompas TV