> >

Prediksi Erupsi Merapi Pasca Penetapan Status Siaga

Berita daerah | 5 November 2020, 17:54 WIB
Erupsi Gunung Merapi, abu vulkanik setinggi 6.000 meter, pada Minggu (21/6/2020). Status Merapi naik dari waspada menjadi siaga pada 5 November 2020. (Sumber: Twitter @BPPTKG)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Status Merapi naik dari waspada menjadi siaga semakin memperkuat indikasi erupsi dalam waktu dekat. Salah satu yang membuat orang bertanya-tanya adalah mengenai karakter erupsi Merapi.

Trauma erupsi Merapi pada 2010 membuat banyak orang awam was-was jika karakter erupsi Merapi kali ini serupa. Balai Penyelidikan dan Pemngembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta pun memaparkan tentang karakter erupsi Merapi yang mungkin terjadi.

“Tidak pernah ada satu teori pun yang bisa menyebutkan kapan puncak erupsi gunung berapi terjadi, demikian pula Merapi, jadi kami mengumpulkan data-data untuk terus memantau perkembangannya,” ujar Hanik Humaida, Kepala BPPTKG Yogyakarta, dalam jumpa pers virtual terkait kenaikan status Merapi, Kamis (5/11/2020).

Baca Juga: Status Merapi Siaga, 12 Desa Berpotensi Terancam Bahaya

Ia menilai ada kemungkinan erupsi Merapi mendatang bersifat eksplosif berdasarkan data aktivitas Gunung Merapi.

Setelah letusan eksplosif pada 21 Juni 2020, kegempaan internal Va, vulkanik dangkal (VB), dan fase banyak (MP) meningkat. Sebagai perbandingan, pada Mei 2020, gempa VA dan VB tidak terjadi, gempa MP 174 kali, sedangkan pada Juli 2020 terjadi gempa VA enam kali, VB 33 kali, dan MP 339 kali.

Kegempaan pun semakin intensif pada Oktober 2020. Memasuki November, tepatnya pada 4 November 2020 tercatat rata-rata gempa VB 29 kali per hari, MP 272 kali per hari, guguran (RF) 57 kali per hari, embusan (DG) 64 kali per hari, laju pemendekan EDM Babadan mencapai 11 sentimeter per hari, dan energi kumulatif gempa VT dan MP dalam setahun mencapai 58 GJ.

Baca Juga: Status Gunung Merapi Naik dari Waspada Jadi Siaga, Begini Kronologinya

Menurut Hanik, Kondisi data pemantauan di atas sudah melampaui kondisi menjelang munculnya kubah lava 26 April 2006, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi sebelum erupsi 2010.

“Ini menjadi indikasi ekstrusi magma akan berlangsung cepat atau akan terjadi letusan eksplosif namun tidak seperti erupsi Merapi 2010,” ucapnya.

Hanik menambahkan data-data di atas juga yang menjadi dasar kenaikan status Merapi.

Penulis : Switzy-Sabandar

Sumber : Kompas TV


TERBARU