> >

EWS dari UGM Bisa Prediksi Gempa Bumi dari 3 Hari Lebih Awal

Berita daerah | 28 September 2020, 10:52 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi. (Sumber: Kompas.com/Shutterstock)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Universitas Gajah Mada (UGM) mengembangkan sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) yang bisa memprediksi terjadinya gempa bumi satu sampai tiga hari sebelum kejadian.

EWS ini akan diterapkan dari Sabang hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan, EWS ini bisa memberikan peringatan dua minggu sebelum kejadian untuk gempa dengan mangnitudo di atas 6.

Sistem ini tersusun dari sejumlah komponen seperti detektor perubahan level air tanah dan gas radon, pengondisi sinyal, alat kontrol, penyimpan data, sumber daya listrik, serta memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT).

Baca Juga: WOW! Omset Perakitan Mobil Ambulance Mencapai 1,5 Milyar, Selama Pandemi..

"EWS ini bekerja berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi," ujar Ketua Tim Riset Laboratorium Sistem Sensor dan Telekontrol Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM, Sunarno, Senin (28/9/2020).

Ia menjelaskan jika terjadi gempa di lempengan, maka akan muncul fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat secara signifikan. Permukaan air tanah pun naik turun secara signifikan.

Kedua fenomena itu terdeteksi EWS dan informasi dikirim ke ponsel tim. Selama ini informasi yang diperoleh dua sampai tiga hari sebelum terjadi gempa mulai dari Aceh hingga NTT.

Baca Juga: Bersiasat dalam Senyap ala Festival Kebudayaan Yogyakarta 2020

Sunarno bersama dengan tim telah mengamati konsentrasi gas radon dan level air tanah sebelum terjadi gempa bumi pada 2018. Pengamatan itu berhasil dirumuskan menjadi algoritma prediksi EWS gempa bumi.

Sepanjang 2019 di Indonesia, ada 11.473 gempa bumi dengan magnitudo diatas 5 terjadi sebanyak 344 kali. Sementara, gempa kecil dengan kekuatan kurang dari magnitudo 5 terjadi sebanyak 11.229 kali.

Sistem ini telah mampu memprediksi gempa bumi di Barat Bengkulu M5,2 (28/8/2020), Barat Daya Sumur-Banten M5,3 (26/8/2020), Barat Daya Bengkulu M5,1  (29/8/2020), Barat Daya Sinabang Aceh M5,0 (1/9/2020), Barat Daya Pacitan M5,1 (10/9/2020), Tenggara Naganraya-Aceh M5,4 (14/9/2020), dan sebagainya.

Baca Juga: Mengenal GeNose Buatan UGM, Alat Deteksi Covid-19 Lewat Hembusan Nafas

EWS memiliki lima stasiun pantau yang setiap lima detik mengirimkan data ke server melalui IoT. Stasiun pantau ini masih di seputar Yogyakarta

"Kalau stasiun pantau ini terpasang dari Aceh sampai NTT pasti perkirannnya lebih baik, prediksinya lebih fokus," ucap Sunarno.

EWS masih terus dikembangkan sampai mampu memprediksi waktu terjadinya gempa secara tepat, termasuk lokasi koordinat episentrum sampai mangnitudo gempa.

(Switzy Sabandar)

Penulis : Haryo-Jati

Sumber : Kompas TV


TERBARU