> >

Siswi MTsN 2 Kota Surabaya Temukan Detektor Dini Disleksia, Dapat Dideteksi secara Instan

Edukasi | 6 September 2024, 00:00 WIB
Peneliti yang terlibat adalah dua siswi kelas IX bernama Fathi Zahiya (14) dan Nur Maisyah Ilmira (14). (Sumber: Dok Humas Kemenag RI)

TERNATE, KOMPAS.TV - Siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 Kota Surabaya menemukan alat detektor dini disleksia

Disleksia adalah kondisi di mana seorang anak mengalami kesulitan memahami sesuatu, ditandai kesulitan membaca dan menulis.

Disleksia menjadi masalah yang cukup umum di Indonesia, dengan prevalensi 10 persen menurut data Dyslexia Center Indonesia (2019). 

Baca Juga: Diperpanjang, Berikut Jadwal Terbaru Pendaftaran Seleksi CPNS 2024 di Kemdikbudristek dan Kemenag

Guru pembimbing penelitian ini, Vira Wardati menjelaskan, pada setiap kelas berisi 30 anak.

Biasanya ada 2-3 yang sebenarnya menderita disleksia, dan banyak dari mereka tidak ketahuan, sehingga tidak dilakukan terapi.

"Tanda-tanda anak disleksia itu waktu kecil mereka terlambat bicara, dan biasanya saat usia sekolah kesulitan diajari menulis," katanya melalui keterangan tertulisnya, Kamis (5/9/2024).

Penelitian dua siswi MTsN 2 Kota Surabaya ini bertajuk "Implementasi Metode Neural Network dan Elektroensevalografi pada Rancang Bangun Aplikasi Deteksi Disleksia Berbasis Mobile (DMD)". 

Dengan temuan ini, penderita disleksia dapat dideteksi secara instan tanpa melalui rangkaian tes yang melelahkan sebagaimana selama ini ditempuh oleh para psikolog.

Peneliti yang terlibat adalah dua siswi kelas IX bernama Fathi Zahiya (14) dan Nur Maisyah Ilmira (14). 

Temuannya tersebut menjadi salah satu finalis di ajang Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES) 2024 yang digelar oleh Kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) di Ternate, Maluku Utara, 3-7 September 2024.

Di ajang Expo MyRes di Hotel Bela Ternate (5/9/2024), salah satu peneliti, Fathi Zahiya menjelaskan, otak manusia memiliki gelombang alfa, beta, delta, gama, dan theta. 

Gelombang-gelomang itu dapat dideteksi dari permukaan otak dengan alat yang bernama elektroensefalografi (EEG) yang dapat mengukur amplitudonya.

Baca Juga: Kemenag Cairkan Dana BOS Madrasah Tahap II sampai Oktober 2024

Penulis : Deni Muliya Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU