> >

Pemain Pukul Wasit dalam Laga Perempat Final Sepak Bola PON 2024, Pengamat: Cerita Lama

Sepak bola | 15 September 2024, 11:18 WIB
Ambulans masuk ke dalam lapangan untuk merawat wasit Eko Agus Sugih Harto yang dipukul pemain Sulteng, Rizki Saputra, dalam laga perempat final sepak bola PON 2024 di Stadion Dimurthala, Banda Aceh, Sabtu (14/9/2024). (Sumber: ANTARA)

BANDA ACEH, KOMPAS.TV - Insiden pemukulan wasit terjadi di perempat final sepak bola PON 2024 Aceh-Sumatera Utara.

Laga antara tuan rumah Aceh dan Sulawesi Tengah (Sulteng) di Stadion Dimurthala, Banda Aceh, Sabtu (14/9/2024), berlangsung keras dan penuh kontroversi.

Puncaknya, wasit Eko Agus Sugih Harto dipukul pemain Sulteng, Rizki Saputra, ketika kedua tim tengah bermain imbang 1-1.

Baca Juga: Persib Bandung vs PSIS Semarang Malam Ini, Gilbert Agius: Kami Datang Tanpa Beban

Selain pemukulan wasit, sejumlah insiden juga terjadi pada pertandingan tersebut.

Keributan antara staf kedua tim, pelemparan botol ke lapangan dan tiga kartu merah bagi Sulteng yang menimbulkan kontroversi.

Pada laga itu, Sulteng sempat unggul lewat gol Wahyu Alan di menit ke-24, dan disamakan Aceh pada masa injury time babak kedua lewat eksekusi penalti Akmal Juanda.

Eksekusi penalti itu merupakan yang kedua diberikan wasit kepada Aceh.

Sementara tiga kartu merah yang diterima Sulteng diberikan kepada Wahyu Alman di menit ke-74, Moh Akbar (85'), dan Rizki Saputra (90+7').

Pemukulan terjadi setelah wasit Eko Agus memberikan penalti kepada Aceh. Padahal tekel pemain Sulteng di kotak penalti dinilai bersih.

Setelah sempat dibawa keluar dan mendapat perawatan di mobil ambulans, wasit Eko Agus akhirnya kembali memimpin laga.

Aceh akhirnya dinyatakan menang WO, setelah Sulteng menolak melanjutkan pertandingan.

Pengamat sepak bola dan eks wasit Porda serta Liga Nusantara, Ibam Hariri, pun memberikan kritik atas pertandingan ini.

Ia mengaku tak terkejut pertandingan menjadi panas karena kualitas sang wasit jauh dikatakan baik dalam memimpin laga.

Meski begitu, ia tak membenarkan aksi pemukulan terhadap pengadil.

“Cerita lama sepak bola di level amatir dan pembinaan yang tercoreng oleh oknum-oknum,” katanya, Minggu (15/9/2024), dilansir dari Kompas.com.

“Saya tidak bisa menunjuk satu-dua orang yang salah di momen ini. Ketika dulu jadi wasit dan tugas di ajang multievent seperti ini pasti tekanan dan 'permainan'-nya lebih tinggi,” tambahnya.

Ia melihat sang pengadil masih belum bisa menangani tekanan dengan baik di pertandingan tersebut.

“Saya rasa dari nama-nama yang bertugas sejak kemarin, kebanyakan adalah wasit-wasit lokal yang kualifikasinya sudah nasional tetapi secara level pengalaman belum seharusnya ada di level laga dengan atmosfer seketat itu,” ucapnya.

Ia mengatakan hal itu sangat terlihat dari berbagai keputusan yang diambil wasit.

“Wasit salah pernafsiran, berada di posisi salah, dan keputusan pun terlihat penilaiannya ngaco di luar Laws of the Game,” tuturnya.

“Kejadian hari ini hanya puncaknya, sebelum-sebelumnya juga sudah sering,” tambah Ibam.

Ia menegaskan respons pemain Sulteng salah, tetapi bisa dimengerti karena dalam kondisi emosi seperti itu, hal tersebut bisa terjadi.

“Insting akan melawan apabila dirugikan dengan cara yang sangat kentara."

Baca Juga: [FULL] Viral di Medsos, Ini Ragam Masalah hingga Dugaan Penyelewengan di PON Aceh-Sumut 2024

Ibam pun menegaskan, untuk selanjutnya pengawasan terhadap kinerja wasit amat diperlukan.

“Setelah kejadian ini pantauan dari pusat pasti akan diperketat dan penugasan wasit bakal lebih dijaga di babak selanjutnya,” katanya.

“Apa yang terjadi di laga tadi, saya rasa itu kejadian terus berulang karena pengawasannya tidak maksimal. Wasit-wasit yang bertugas belum saatnya ada di level laga seketat itu,” sambungnya.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas.com


TERBARU