> >

Alasan Semua Petenis di Wimbledon Harus Berpakaian Serbaputih, termasuk Sepatu dan Sol

Sports | 13 Juli 2023, 19:22 WIB
Petenis Serbia, Novak Djokovic, mengembalikan bola ke arah petenis Rusia, Andrey Rublev, di hari kesembilan turnamen Wimbledon di London, Inggris, Selasa, 11 Juli 2023. (Sumber: AP Photo/Alberto Pezzali)

 

JAKARTA, KOMPAS.TV - Turnamen olahraga tenis tertua di dunia, Wimbledon, memiliki keunikan tersendiri. Semua petenis harus mengikuti aturan berpakaian atau dress code yang telah ditentukan yaitu memakai pakaian serba putih. Mengapa demikian? 

Dilansir laman Ensyclopedia Britannica, dress code serbaputih ini sudah menjadi standar dan ditetapkan sejak era Victoria sekitar 1880-an. 

Tujuan mengenakan pakaian serbaputih di Wimbledon adalah demi kesopanan, lantaran warna putih meminimalkan terlihatnya keringat. Kala itu, noda keringat dianggap sebagai hal yang tidak pantas atau tidak enak untuk dipandang. 

Baca Juga: Update Wimbledon 2023: Langkah Aldila Setjiadi Terhenti di Babak Semifinal

Sejak saat itu, pakaian serbaputih dianggap sebagai standar untuk pemain tenis kalangan atas, yang menggambarkan semua orang yang bermain di turnamen Wimbledon pertama.

Setelah aturan itu ditentukan dalam aturan berpakaian, tradisi Wimbledon itu bertahan hingga sekarang dan tidak dihapus.

Dilansir laman resmi Wimbledon, dress code serbaputih ini juga mencakup hiasan atau ornamen di seragam para peserta Wimbledon.

Meskipun hiasan berwarna non-putih diperbolehkan, hiasan warna tersebut harus berada di leher, manset lengan, atau jahitan luar pada celana, rok, atau celana pendek — dan hanya boleh selebar kurang dari satu sentimeter (10 mm). 

Logo dilarang, begitu juga dengan warna-warna yang terdapat dalam pola jika ukurannya melebihi satu sentimeter. 

Dan kemudian ada aksesori, yang meliputi "topi, pita kepala, bandana, pergelangan tangan, dan kaus kaki" — semuanya harus mematuhi aturan serbaputih yang sama, dengan hanya hiasan berlebar satu sentimeter yang diperbolehkan.

Baca Juga: Petenis Belarusia Dibuli Usai Kalah dari Atlet Ukraina di Wimbledon, Merasa Tak Adil

Sepatu harus sepenuhnya berwarna putih, tanpa sol berwarna, dan pakaian dalam yang dapat "terlihat selama pertandingan" juga harus sesuai dengan tema putih.

Bahkan, pemain juga harus memakai plester medis berwarna putih "jika memungkinkan". 

Apakah ada petenis yang melanggar aturan pakaian serbaputih di Wimbledon ini? 

Selama lebih dari satu abad aturan berpakaian pemain Wimbledon ini diterapkan, ada sejumlah kasus petenis yang enggan menaatinya. 

Kasus yang paling ekstrem adalah ketika Andre Agassi menolak untuk bermain di Wimbledon 1988 sampai 1990 karena aturan dress code tersebut mencegahnya mengenakan pakaian berwarna yang menurutnya paling nyaman dipakai. 

Agassi akhirnya tunduk pada aturan dress code tersebut. Pada 1992, dia tampil dan memenangi Wimbledon sekaligus gelar Grand Slam perdananya. 

Baca Juga: Roger Federer Umumkan Pensiun dari Tenis di Usia 41 Tahun

Roger Federer, salah satu petenis yang kerap disebut sebagai yang terbaik sepanjang masa, pernah ditegur hanya karena mengenakan sepatu bersol warna oranye.

Kejadian tersebut terjadi pada 2013 dan Federer dipaksa mengenakan sepatu serbaputih di laga berikutnya. 

"Putih, putih, putih seutuhnya. Saya pikir ini aturan yang ketat. Opini personal saya: saya pikir ini terlalu ketat," kata Federer, dikutip dari TIME

Meski kritikan datang dari beberapa pemain hebat, masih belum cukup untuk mengubah aturan berpakaian serbaputih di kejuaraan Wimbledon.

 

Penulis : Gilang Romadhan Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU